Islamic Calendar

sss

Free Shoutbox Technology Pioneer

iklan

XtraUang dotcom Cara Termudah Mendapatkan Uang Rp. 100.000 s/d Rp. 500.000!

Sabtu, 04 April 2009

sejarah peradaban islam di masa abasiyyah

Oleh : imam mawardi
Pendahuluan
Istilah “peradaban Islam” merupakan terjemahan dari kata Arab, yaitu al-Hadharah al-Islamiyyah. Istilah Arab ini sering juga diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan Islam”. Padahal, istilah kebudayaan dalam bahasa arab adalah al-Tsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak orang yang mensinonimkan dua kata : “kebudayaan” (Arab/al-tsaqafah dan culture/Inggris) dengan “peradaban” (civilization/Inggris dan al-hadharah/Arab) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan ilmu antropologi sekarang, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan, manifestasi-manifestasi kemajuan tekhnis dan teknologis lebih berkaitan dengan peradaban. Kalau kebudayaan lebih banyak di reflesikan dalam seni, sastra, religi (agama) dan moral, maka peradaban terefleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
Menurut Koentjoroningrat, kebudayaan paling tidak mempunyai tiga wujud, (1) wujud ideal, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya, (2) wujud kelakuan, yaitu wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat, dan (3) wujud benda, yaitu wujud kebudayaan sebagai benda-benda hasil karya.
Peradaban dalam Islam, dapat ditelusuri dari sejarah kehidupan Rasulullah, para sahabat (Khulafaur Rasyidin),dan sejarah kekhalifahan Islam sampai kehidupan umat Islam sekarang. Islam yang di wahyukan kepada Nabi Muhammad saw telah membawa bangsa arab yang semula terbelakang, bodoh, tidak terkenal, dan di abaikan oleh bangsa-bangsa lain, menjadi bangsa yang maju. Bahkan kemajuan Barat pada mulanya bersumber pada peradaban islam yang masuk ke eropa melalui spanyol. Islam memang berbeda dari agama-agama lain, sebagaimana pernah diungkapkan oleh H.A.R. Gibb dalam bukunya Whither Islam kemudian dikutip M.Natsir, bahwa, “Islam is andeed much more than a system of theology, it is a complete civilization” (Islam sesungguhnya lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu peradaban yang sempurna). Landasan “peradaban islam” adalah “kebudayaan islam” terutama wujud idealnya, sementara landasan “kebudayaan islam” adalah agama. Jadi, dalam islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama “bumi” (nonsamawi), agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Kalau kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari tuhan.
Maju mundurnya peradaban islam tergantung dari sejauh mana dinamika umat islam itu sendiri. Dalam sejarah islam tercatat, bahwa salah satu dinamika umat islam itu dicirikan oleh kehadiran kerajaan-kerajaan islam diantaranya Umayah dan Abbasiyah, Umayah dan Abbasiyah memiliki peradaban yang tinggi, diantaranya memunculkan ilmuwan-ilmuwan dan para pemikir muslim.
Dalam diskusi kali ini, saya akan membahas peradaban islam pada masa Dinasti Abbasiyah dengan topik bahasan diantaranya, latarbelakang berdirinya kekhalifahan Abbasiyah, kemajuan dan kemunduran pada masa ini, baik dari aspek ekonomi, politik, dan social.

Latar Belakang Berdirinya Abbasiyah (750-847 M – 132-232 H)
Awal kekuasaan Dinasti Bani Abbas ditandai dengan pembangkangan yang dilakukan oleh Dinasti Umayah di Andalusia (Spanyol). Di satu sisi, Abd al-Rahman al-Dakhil bergelar amir (jabatan kepala wilayah ketika itu); sedangkan disisi yang lain, ia tidak tunduk kepada khalifah yang ada di Baghdad. Pembangkangan Abd al-Rahman al-Dakhil terhadap Bani Abbas mirip dengan pembangkangan yang dilakukan oleh muawiyah terhadap Ali Ibn Abi Thalib. Dari segi durasi, kekuasaan Dinasti Bani Abbas termasuk lama, yaitu sekitar lima abad.
Abu al-Abbas al-Safah (750-754 M) adalah pendiri dinasti Bani Abbas. Akan tetapi karena kekuasaannya sangat singkat, Abu ja’far al-Manshur (754-775 M) yang banyak berjasa dalam membangun pemerintahan dinasti Bani Abbas. Pada tahun 762 M, Abu ja’far al-Manshur memindahkan ibukota dari Damaskus ke Hasyimiyah, kemudian dipindahkan lagi ke Baghdad dekat dengan Ctesiphon, bekas ibukota Persia. Oleh karena itu, ibukota pemerintahan Dinasti Bani Abbas berada di tengah-tengah bangsa Persia.
Abu ja’far al-Manshur sebagai pendiri muawiyah setelah Abu Abbas al-Saffah, digambarkan sebagai orang yang kuat dan tegas, ditangannyalah Abbasiyah mempunyai pengaruh yang kuat. Pada masa pemerintahannya Baghdad sangatlah disegani oleh kekuasaan Byzantium.
Kekuasaan dinasti Bani Abbas atau khilafah Abbasiyah, melanjutkan kekuasaan dinasti Umayah. Dinamakan khilafah Abbasiyah karena para pendiri dan penguasa dinasti ini adalah keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad saw. Kekuasaannya berlangsung dalam rentang waktu yang panjang, dari tahun 132 H (750 M) s.d 656 H (1258 M).
Selama dinasti ini berkuasa, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, social dan budaya. Berdasarkan pola pemerintahan dan pola politik itu para sejarawan biasanya membagi masa pemerintahan Bani Abbas menjadi lima periode :
1. Periode Pertama (132 H/750 M – 232 H/847 M), disebut periode pengaruh Persia pertama.
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945 M), disebut masa pengaruh Turki pertama.
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M), masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah. Periode ini disebut juga masa pengaruh Persia kedua.
4. Periode Keempat (447 H/1055 M – 590 H/1194 M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif disekitar kota Baghdad.

Kemajuan Dinasti Bani Abbas
Setiap dinasti atau rezim mengalami fase-fase yang dikenal dengan fase pendirian, fase pembangunan dan kemajuan, fase kemunduran dan kehancuran. Akan tetapi durasi dari masing-masing fase itu berbeda-beda karena bergantung pada kemampuan penyelenggara pemerintahan yang bersangkutan.
Pada masa pemerintahan, masing-masing memiliki berbagai kemajuan dari beberapa bidang, diantaranya bidang politik, bidang ekonomi, bidang sosial. Pada masing-masing bidang memiliki kelebihan dan kekurangan.
1. Bidang Politik
Walaupun demikian, dalam periode ini banyak tantangan dan gerakan politik yang mengganggu stabilitas, baik dari kalangan Bani Abbas sendiri maupun dari luar. Gerakan-gerakan ini seperti sisa-sisa Bani Umayyah dan kalangan intern Bani Abbas, revolusi al-khawarij di Afrika utara, gerakan zindik di Persia, gerakan Syi’ah dan konflik antar bangsa serta aliran pemikiran keagamaan, semuanya dapat dipadamkan.
2. Bidang Ekonomi
Pada masa al-Mahdi perekonomian mulai nmeningkat dengan peningkatan di sector pertanian, melalui irigasi dan peningkatan hasil pertambangan seperti perak, emas, tembaga dan besi. Terkecuali itu dagang transit antara timur dan barat juga banyak membawa kekayaan. Bahsrah menjadi pelabuhan yang penting.

3. Bidang Sosial

Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya di zaman khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M) dan puteranya Al-Ma’mun (813-833 M). kekayaan yang banyak di manfaatkan Harun Al-Rasyid untuk keperluan social. Rumah sakit, lembaga pendidikan, dokter, dan farmasi didirikan. Pada masanya sudah terdapat paling tidak 800 orang dokter. Disamping itu pemandian-pemandian juga dibangun. Tingkat kemakmuran yang paling tinggi terwujud pada zaman khalifah ini, kesejahteraan social, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya.
Pemerintahan bani Umayah adalah pemerintahan yang memiliki wibawa yang besar sekali, meliputi wilayah yang amat luas, mulai dari negeri sind dan berakhir di negeri Spanyol. Ia demikian kuatnya sehingga apabila seseorang menyaksikannya, pasti akan berpendapat bahwa usaha mengguncangkannya adalah sesuatu yang tidak mudah bagi siapapun. Namun jalan yang ditempuh oleh pemerintahan Bani Umayyah, meskipun ia dipatuhi oleh sejumlah besar manusia yang takluk kepada kekuasaannya, tidak sedikitpun memperoleh penghargaan dan simpati dalam hati mereka. Itulah sebabnya belum sampai berlalu satu abad dari kekuasaan mereka, kaum Bani Abbas berhasil menggulingkan singgasananya dan mencampakannya dengan mudah sekali. Dan ketika singgasana itu terjatuh, demikian pula para rajanya, tidak seorangpun yang meneteskan air mata menangisi mereka.
Adapun penyebab keberhasilan kaum penganjur berdirinya Khilafah Bani Abbas ialah karena mereka berhasil menyadarkan kaum muslimin pada umumnya, bahwa Bani Abbas adalah keluarga yang paling dekat kepada Nabi saw, dan bahwasanya mereka akan mengamalkan al-Qur’an dan Sunnah rasul dan menegakkan syari’at Allah.
Kalau dasar-dasar pemerintahan daulat Abbasiyah diletakkan dan dibangun oleh Abu al Abbas dan Abu ja’far Al-Manshur, maka puncak keemasan dari dinasti ini berada pada tujuh khalifah sesudahnya, yaitu al-Mahdi (775-785 M), al-Hadi (775-786 M), Harun al-Rasyid (786-809 M), al-Ma’mun (813-833 M), al-Mu’tashim (833-842 M), al-Wasiq (842-847 M), dan al-Mutawakkil (847-861 M).
Kalifah Harun al-Rasyid dikenal sebagai khalifah yang mencintai seni dan ilmu. Ia banyak meluangkan waktunya untuk berdiskusi dengan kalangan ilmuwan dan mempunyai apresiasi yang tinggi terhadap seni.
Al-Rasyid mengembangkan satu akademi Gundishapur yang didirikan oleh Anushirvan pada tahun 555 M. pada masa pemerintahannya lembaga tersebut dijadikan sebagai pusat pengembangan dan penerjemahan bidang ilmu kedokteran, obat dan falsafah.
Dari gambaran diatas terlihat bahwa, Dinasti Bani Abbas pada periode pertama lebih menekankan pembinaan peradaban dan kebudayaan Islam daripada perluasan wilayah. disinilah perbedaan pokok antara Bani Abbas dan Bani Umayyah.
Kehancuran Dinasti Bani Abbas
Berakhirnya kekuasaan dinasti Seljuk atas Baghdad atau khalifah Abbsiyah merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khalifah Abbasiyah tidak lagi berada dibawah kekuasaan suatu dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti islam berdiri. Ada diantaranya dinasti yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah dinasti kecil. Para khalifah Abbasiyah, sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad sekitarnya. Wilayah kekuasaan khalifah yang sempit ini menunjukan kelemahan politiknya. Pada masa inilah tentara Mongol dan tatar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancurluluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara Mongol ini adalah awal babak baru dalam sejarah islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana dalam periodisasi khalifah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak periode kedua, namun demikian factor-faktor penyebab kemunduran itu tidak dating secara tiba-tiba, benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya khalifah pada saat periode ini sangat kuat, benih-benih ini tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan Bani Abbas terlihat bahwa apabila kalifah kuat, para mentri cenderung berperan sebagai pegawai sipil, tetapi jika khalifah lemah, mereka akan berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Disamping kelemahan khalifah, banyak factor yang menyebabkan khalifah Abbasiyah menjadi mundur, masing-masing factor tersebut saling berkaitan satu sama lain. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :
1. Persaingan Antarbangsa
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilatarbelakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Menurut Stryzewska,11 ada dua sebab dinasti Bani Abbas memilih orang-orang Persia daripada orang-orang Arab. Pertama, sulit bagi orang-orang Arab untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya Ashabiyyah kesukuan. Dengan demikian, khilafah Abbasiyyah tidak ditegakkan di atas `ashabiyyah tradisional.
Meskipun demikian, orang-orang Persia tidak merasa puas. Mereka menginginkan sebuah dinasti dengan raja dan pegawai dari Persia pula. Sementara itu, bangsa Arab beranggapan bahwa darah yang mengalir di tubuh mereka adalah darah (ras) istimewa dan mereka menganggap rendah bangsa non-Arab di dunia Islam.
Selain itu, wilayah kekuasaan Abbasiyyah pada periode pertama sangat luas, meliputi berbagai bangsa yang berbeda, seperti Maroko, Mesir, Syria, Irak, Persia, Turki dan India. Mereka disatukan dengan bangsa Semit. Kecuali Islam, pada waktu itu tidak ada kesadaran yang merajut elemen-elemen yang bermacam-macam tersebut dengan kuat.12 Akibatnya, disamping Fanatisme kearaban, muncul juga fanatisme bangsa-bangsa lain yang melahirkan gerakan syu`ubiyah.
Kecenderungan masing-masing bangsa untuk mendominasi kekuasaan sudah dirasakan sejak awal khalifah Abbasiyyah berdiri. Akan tetapi, karena para khalifah adalah orang-orang kuat yang mampu menjaga keseimbangan kekuatan, stabilitas politik dapat terjaga. Setelah Al-Mutawakkil, seorang khlaifah yang lemah, naik tahta, dominasi tentara turki tak terbendung lagi. Sejak itu kekuasaan Bani Abbas sebenarnya telah berakhir. Kekuasaan berada di tangan orang-orang Turki. Posisi ini kemudian direbut oleh Bani Buwaih, bangsa Persia pada periode ketiga dan selanjutnya beralih kepada dinasti Saljuk pada periode keempat.

2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi.
Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara pengeluaran meningkat lebih besar. Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh makin menyempitnya wilayah kekuasaan, banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat, diperingannya pajak dan banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti. Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah, jenis pengeluaran makin beragam, dan para pejabat melakukan korupsi.

3. Konflik Keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung dibalik ajaran Syi`ah, sehingga banyak aliran syi`ah yang dipandang ghulat (ekstrem) dan dianggap menyimpang oleh penganut Syi`ah sendiri. Aliran Syi`ah memang dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan faham Ahlussunnah wal Jama`ah.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan zindik atau ahlussunnah dengan syi`ah saja, tetapi juga antaraliran dalam Islam. Mu`tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bidah oleh golongan salaf.
Berkenaan dengan konflik keagamaan itu, Syed Ameer Ali mengatakan:
“Agama Muhammad Saw. seperti juga Agama Isa as., terkeping-keping oleh perpecahan dan perselisihan dari dalam. Perbedaan pendapat mengenai soal-soal abstrak yang tidak mungkin ada kepastiannya dalam suatu kehidupan yang mempunyai akhir, selalu menimbulkan kepahitan yang lebih besar dan permusuhan yang lebih sengit dari perbedaan-perbedaan mengenai hal-hal yang masih dalam lingkungan pengetahuan manusia…soal kehendak bebas manusia …telah menyebabkan kekacauan yang rumit dalam Islam…pendapat bahwa rakyat dan kepala agama mustahil berbuat salah mustahil berbuat salah…menjadi sebab binasanya jiwa-jiwa berharga”.

4. Ancaman dari luar
Apa yang disebutkan di atas adalah factor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur. Pertama, perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban. Kedua, serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam. Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu.13
Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancurleburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki yerussalem.
Berbagai faktor yang telah menyokong tegaknya imperium Abbasiyah, yakni kalangan elite imperium dan bentuk-bentuk kulturnya, sekaligus juga menyokong kehancuran dan transformasi imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung disaat berlangsung konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat militernya dan institusi pemerintahan, dan sedang mendorong sebuah kemajuan ekonomi dan kultur, terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengharubirukan nasib imperium Abbasiyah.
Semenjak awal pemerintahan Harun al-Rasyid (786-809) problem suksesi menjadi sangat kritis. Harun telah mewasiatkan tahta kekhalifahan kepada putra mertuanya, al-Amin, dan kepada putranya yang lebih muda yang bernama al-Makmun, seorang gubernur Khurasan dan orang yang berhak menjabat tahta khilafah sepeninggal kakaknya. Setelah kematian Harun, al-Amin berusaha mengkhianati hak adiknya dan menunjuk anak laki-lakinya sebagai penggantinya kelak. Akibatnya pecahlah perang sipil. Al-amin didukung oleh militer Abbasiyah di Baghdad, sementara al-Makmun harus berjuang untuk memerdekakan Khurasan dalam rangka untuk mendapatkan dukungan dari pasukan perang Khurasan. Al-makmun berhasil mengalahkan saudara tuanya, al-Amin , dan mengklaim khilafah pada tahun 813. Namun peperangan sengit tersebut tidak hanya melemahkan kekuatan militer Abbasiyah melainkan juga melemahkan warga iraq dan sejumlah propinsi lainnya.
Al-Makmun berusaha menghadapi musuh-musuhnya dan sejumlah warga yang tidak mau berdamai dengan sebuah kebijakan ganda. Satu sisi kebijakan tersebut bertujuan untuk mempertahankan legitimasi kekhilafan dengan menguasai seluruh urusan keagamaan. Kebijakan ini, sebagaimana yang telah kita lihat, tidak membawa hasil dan gagal. Kebijakan ini justru menghilangkan dukungan masyarakat umum terhadap sang khalifah.Al-Makmun juga mengambil sebuah kebijakan politik, untuk menguasai kekhilafahan secara mutlak, al-Makmun menggantungkan dukungan seorang panglima khurasan, yang bernama Thahir, yang diberikan imbalan sebagai gubernur khurasan (820-822) dan menjadi jenderal militer Abbasiyah diseluruh imperium dan disertai janji bahwa jabatan-jabatan tersebut dapat diwariskan kepada keturunannya, selain mendatangkan manfaat yang bersifat sementara konsesi atas sebuah jabatan gubernur yang dapat diwariskan menggagalkan tujuan Abbasiyah untuk menyatukan sebuah wilayah propinsi besar menjadi sebuah system pemerintahan politik yang memusat ditangan pemerintahan pusat. Upaya untuk menyatukan kalangan elit dibawah arahan khalifah tidak akan terwujud dan sebagai gantinya imperium dikuasai oleh sebuah persekutuan khalifah dengan kuasa gubernuran besar.14

DAFTAR PUSTAKA

Abul a ‘la Al-Maududi, Khilafah dan Kerajaan : Evaluasi Kritis Atas Sejarah Pemerintahan Islam, (Bandung, Mizan, 1998)

Badri Yatim, Dr., MA., Sejarah Peradaban Islam : Dirasah Islamiyah II, (Jakarta : PT. Grafindo Persada, 2006)

Harun Nasution, Islam Rasional Gagasan dan Pemikiran (Bandung, Mizan,
1995)

Ira M Lapidus, Sejarah Sosial Ummat Islam,(Jakarta : Rajawali Pers 1999)

Jaih Mubarok, Dr., M.Ag., Sejarah Peradaban Islam, (Bandung: Pustaka Bani Quraisyi, Cet. 1, 2004)

John L. Esposito (ed), The Oxpord History of Islam, (New York, Oxpord University Press 1999)

Koentjaraningrat, Kebudayaan, Mentalitas, dan Pembangunan, (Gramedia, Jakarta,1985)

M.Natsir, Capita Selecta, NV Penerbitan W. van Hoeve, tanpa tahun

Philip K. Hitti, History of The Arabs (London : Mac Millan, 1970)

W. Montgomery Watt, Politik Islam dalam Lintasan Sejarah (Jakarta : P3M, 1988)

Baca Selengkapnya.....

SEKILAS TENTANG SEJARAH ISLAM DI MASA SILAM

SEKILAS TENTANG SEJARAH ISLAM DI MASA SILAM

The History of The Qur'anic Text hal 15 - 24

1. Arab Pra-Islam

i. Kondisi Geo-Politik

Arab. Letaknya yang dekat persimpangan ketiga benua, semenanjung Arab menjadi dunia yang paling mudah dikenal di alam ini. Dibatasi oleh Laut Merah ke sebelah barat, Teluk Persia ke sebelah Timur, Lautan India ke sebelah selatan, Suriah dan Mesopotamia ke utara, dahulu merupakan tanah yang gersang tumbuh-tumbuhan di Pegunungan Sarawat yang melintasi garis pantai sebelah barat. Meski tidak banyak perairan, beberapa sumbernya terdapat di bawah tanah yang membuat ketenangan dan sejak dulu berfungsi sebagai urat nadi permukiman manusia dan kafilah-kafilah.

Semenanjung Arabia dihuni sejak hari-hari pertama dalam catatan sejarah. Sebenarnya penduduk teluk Persia telah membangun negara perkotaan, city-state, sebelum abad ketiga S.M.1 Para ilmuwan menganggap wilayah tersebut sebagai tempat kelahiran suku bangsa Semit, meski sebenarnya tak ada kata mufakat di antara mereka. Istilah Semit mencakup: Babilonia (pendapat Von Kremer, Guide, dan Hommel);2 semenanjung Arabia (Sprenger, Sayce, De Goeje, Brockelmann, dan lain-lain);3 Afrika (Noldeke dan lain-lain);4 Amuru (A.T. Clay);5 Armenia (John Peaters);6 bagian sebelah selatan semenanjung of Arabia (John Philby);7 dan Eropa (Ungnand).8

Phillip Hitti, dalam karyanya yang berjudul, Sejarah Bangsa Arab, menyebut,

"Kendati istilah semi tmuncul belakangan di kalangan masyarakat Eropa, hal tersebut biasanya dialamatkan pada orang-orang Yahudi karena yang terkonsentrasi di Amerika. Sebenarnya lebih tepat ditujukan pada penduduk bangsa Arab yang, lebih dari kelompok manusia lain, telah mendapat ciri bangsa Semit secara fisik, kehidupan, adat istiadat, cara berpikir dan bahasa. Orang-orang Arab masih tetap sama sepanjang pen­catatan sejarah."9

Hampir semua hipotesis asal-usul kesukuan lahir dari kajian di bidang bahasa mengambil sumber informasi dari Kitab Perjanjian Lama,10 yang kebanyakan tidak bersifat ilmiah serta didukung oleh bukti sejarah yang akurat. Misalnya, Kitab Perjanjian Lama memasukkan bangsa lain yang pada hakikat­nya bukan bangsa Semit seperti Alamite dan Ludim, di waktu yang sama tidak mengikutsertakan beberapa bangsa Semit lain seperti Funisia dan Kanaan.11 Melihat pendapat yang beragam, saya lebih cenderung menerima bahwa kaum Semit muncul dari kalangan bangsa Arab. Menjawab pertanyaan siapa sebenarnya bangsa Semit dan siapa yang bukan, Bangsa Arab dan Israel memiliki keturunan asal usul serumpun melalui Nabi Ibrahim.12

ii. Nabi Ibrahim dan Kota Mekah

Dalam waktu yang ditetapkan dalam sejarah, Allah memberi karunia kepada Nabi Ibrahim seorang putra, Isma'il, pada usia lanjut. Ibunya, Siti Hajar, seorang hamba yang dihadiahkan Pharos kepada Sarah. Kelahiran Isma'il membuat Sarah cemburu luar biasa di mana ia meminta agar Ibrahim memutus hubungan persaudaraan wanita tersebut dengan putranya.13 Melihat adanya perselisihan dalam keluarga, ia membawa Siti Hajar dan Isma'il ke tanah Mekah yang tandus, lembah yang amat panas dan tak berpenduduk, serta ke­kurangan makanan dan minuman. Saat mulai tinggal, Siti Hajar melempar pan­dangan pada tanah kosong yang ada di sekelilingnya dengan perasaan tak menentu disertai pertanyaan kepada Ibrahim apakah ia telah meninggalkan mereka. la tak menjawab. Lalu ia bertanya adakah ini perintah Allah? Ibrahim lalu mengiyakan. Mendengar jawaban itu ia berkata, "Jika demikian halnya, Tuhan tak akan membuat kita sia-sia." Pada akhirnya, air Zamzam menyembur dari dalam tanah gersang membasahi kaki si kecil, Isma'il. Mata air itulah yang membuat tempat itu sebagai permukiman yang dihuni pertama kali oleh kabilah Jurhum.14

Beberapa tahun kemudian Nabi Ibrahim, saat mengunjungi putranya, memberi tahu tentang sebuah pandangan pemikiran:



"Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama­sama Ibrahim, Ibrahim berkata, 'Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka Pikirkanlah apa pendapatmu!' Ia menjawab, 'Hai bapakku, kerjakanlah apa yang dipertanyakan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang­orang yang sabar.' Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran kedua­nya). Dan saya panggilah dia, 'Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,' sesungguhnya demikianlah kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar­benar sesuatu ujian yang nyata. Dan kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar."15

Nabi Ibrahim dan Isma'il menerima perintah ketuhanan guna membangun tempat suci pertama di muka bumi sebagai tempat menyembah Allah,



"Sesungguhnya rumah yang mula-mula dibangun untuk (tempat beribadah) manusia, ialah Baitullah yang di Bakkah (Mekah) yang diberkahi dan menjadi petunjuk bagi semua manusia."
16

Bakkah sebuah ungkapan kata lain dari kota Mekah, dari atas batu itulah ayah dan putranya memusatkan perhatian pada pembangunan Ka'bah yang suci dengan sikap ketakwaan seorang yang telah menghadapi cobaan yang sangat berat dan mampu menghadapinya karena `inayah Allah. Setelah menyelesaikan bangunan itu, Nabi Ibrahim lalu berdoa,



"Ya Tuhan kami, sesungguhnya aku telah menempatkan sebagian keturunanku di lembah tidak mempunyai tanam-tanaman di dekat rumah Engkau (Baitullah) yang dihormati, ya Tuhan kami (yang demikian itu) agar mereka mendirikan shalat, maka jadikanlah hati sebagian manusia cenderung kepada mereka dan beri rezekilah mereka dari buah-buahan, mudah-mudahan mereka bersyukur. "17

Tidak lama kemudian doa yang disemburkan mulai membuahkan hasil dan Mekah tidak lagi terpencil; kehidupan semakin berkembang dengan adanya tempat suci Allah, air zamzam, dan penduduknya mulai menuai kesuburan. Kemudian menjadi pusat lintas perdagangan ke Suriah, Yaman, Ta'if, dan Najd,18 dan penyebab utama di mana dari masa ke masa, para kaisar dari Aellius Gallus hingga Nero ingin menyebarkan pengaruh di persinggahan penting kota Mekah dengan mencurahkan segala upaya guna mencapai tujuan tersebut.19

Tampaknya terdapat pula gerakan kependudukan lain di semenanjung Arab. Perlu dicatat, di sana terdapat para pengungsi bangsa Yahudi, beberapa abad kemudian, memperkenalkan agamanya pada masa pengasingan orang­orang Babilonia. Mereka kemudian menetap di Yathrib (Madinah sekarang), Khaebar, Taima', dan Fadak pada tahun 587 sebelum masehi dan tahun 70 Masehi.20 Suku bangsa Nomad terus mengalami perubahan. Suku bangsa Tha 'liba dari keturunan Qahtan juga tinggal di Madinah. Di antara anak cucu keturunan mereka adalah kabilah Aws dan Khazraj, yang kemudian ke duanya lebih dikenal sebagai kaum al-Ansar'21 (pendukung utama Nabi Muhammad). banu Harithah, yang kemudian dikenal sebagai banu Khuza'a, tinggal di Hejaz menggantikan penduduk sebelumnya, banu Jurhum,22 yang kemudian menjadi pemelihara Baitullah atau Ka'bah di Mekah. Merekalah yang harus memikul tanggung jawab karena melahirkan sistem keberhalaan.23 Bani Lakham, kabilah lain dari Qahtan, menetap di Hira (Kufa, sekarang Irak) di mana mereka mendirikan sebuah negara kecil sebagai penahan antara Jazirah Arabia dan Persia (200-602 masehi).24 Bani Ghassan menetap di Suriah sebelah bawah dan mendirikan kerajaan Ghassan, sebuah negeri penahan antara Byzantin dan Arab, yang berakhir hingga tahun 614 masehi.25 Bani Tay menduduki daerah pegunungan Tayy sedang ban! Kinda menetap di pusat Arab.26 Gambaran secara umum dari semua kabilah tersebut merupakan jalur keturunan Nabi Ibrahim melalui Nabi Isma'il.27

Bab ini tidak dimaksudkan hendak memberi gambaran tentang kota Mekah sebelum Islam, sekadar pendahuluan akan adanya hubungan nenek moyang anggota keluarga Nabi Muhammad. Untuk mempersingkat, saya akan mengungkap dan melacak kelahiran Qusayy, para kakek Nabi Muhammad.

iii. Qusayy Sebagai Penguasa Kota Mekah

Ratusan tahun sebelum kelahiran Nabi Muhammad Qusayy. dikenal sebagai orang yang amat cerdas, perkasa serta memiliki kemampuan administrasi yang tinggi dan mencuat dalam jajaran pentas politik kota Mekah. Mengambil faedah dari kepentingan Byzantin di Mekah waktu itu, la minta pertolongan mereka dalam menguasai kota Mekah dengan mengesampingkan pengaruh Byzantin dengan tidak menghiraukan kepentingan wilayah mereka.28



Gambar 2.1:
Asal usul keturunan Qusayy secara singkat.29

Qusayy menikahi Hubba bint Hulail, putri kepala Suku Khuza'i di Mekah; kematiannya memberi peluang menaiki tahta kekuasaan dan menye­rahkan pemeliharaan kota Mekah pada anak cucu keturunannya.30 Kabilah Quraish terpencar ke seluruh wilayah yang pada akhirnya semua memasuki kota Mekah dan menyatu di bawah komando kepemimpinannya.31

iv. Mekah: Sebuah Masyarakat Kabilah

Meski disebut sebagai kota negara, city-state, Mekah tetap merupakan masyarakat kesukuan hingga akhir penaklukannya pada masa Nabi Muhammad. Sistem kependudukan masyarakat dibangun menurut kabilah dimana anak-anak dari satu suku dianggap saudara yang memiliki pertalian hubungan darah. Seorang Arab tidak akan dapat memahami pemikiran negara kebangsaan melainkan dalam konteks sistem kesukuan (kabilah),

"Adalah hubungan negara kebangsaan yang mengikat keluarga ke dalam kesukuan,sebuah negara yang didasarkan pada hubungan darah daging seperti halnya negara kebangsaan yang dibangun di atas garis keturunan. Adalah hubungan kekeluargaan yang mengikat semua individu ke dalam negara dan kesatuan. Hal ini dianggap sebagai agama kebangsaan dan hukum perundangan-undangan yang telah mereka sepakati."32

Setiap anggota merupakan asset seluruh kabilah di mana munculnya se­orang penyair kenamaan misalnya, ahli perang pemberani, orang terkenal dalam kebaikan dalam satu kabilah, akan membuat kehormatan dan nama baik seluruh garis keturunannya. Di antara tugas utama tiap pendukung kesukuan adalah mempertahankan bukan saja terhadap anggotanya melainkan setiap mereka yang secara sementara seperti tamu-tamu yang hadir di bawah bendera kabilah. Memberi proteksi pada mereka merupakan suatu kehormatan yang dicapai. Oleh karena itu, kota Mekah sebagai kota kenegaraan selalu siap menyambut setiap pendatang menghadiri perayaan, melakukan ibadah haji,33 atau pun sekadar lewat dengan rombongan berunta. Memberi pelayanan permintaan ini memerlukan keamanan dan fasilitas yang memadai, dan, oleh karena itu institusi kemudian dibangun di kota Mekah (di mana beberapa di antaranya oleh Qusayy sendiri):34 seperti Nadwa (lembaga perkotaan), Mashura (dewan nasihat), Qiyada (kepemimpinan), Sadana (adminstrasi kota suci), Hijaba (pemeliharaan Ka'bah), Siqaya (pengadaan air minum buat para jemaah haji), Imaratul-bait (pemeliharaan kesucian Ka'bah), Ifa`da (mereka yang berhak memberi izin pada orang pertama yang melangkah dalam acara perayaan), Ijaza, Nasi (institutsi penyesuaian kelender), Qubba (membuat tenda mengumpulkan sumbangan bagi mengatasi keadaan darurat, A'inna (pemegang kendali kuda), Rafada (pajak untuk membantu para jemaah haji yang miskin), Amwal muhajjara (sedekah untuk kesucian), Aysar, Ashnaq (pembuat perkiraan pertanggungan jawab keuangan) Hukuma (pemerintahan), Sifarah (kedutaan), `Uqab (penentuan standar), Liwa (panji) dan Hulwan-un­nafr (mobilisasi kesejahteraan).

Tugas berat ini menjadi tanggung jawab anak cucu keturunan Qusayy. Keturunan 'Abdul-Dar misalnya mengambil alih tugas pemeliharaan Ka'bah, balai kelembagaan, dan hak-hak mengangkat panji pada semua staf pada saat peperangan.35 'Abd-Manaf mengatur hubungan luar negeri dengan penguasa Romawi, dan pangeran Ghassan. Hashim (putra lelaki 'Abd-Manaf) mengadakan perjanjian dan dikatakan telah menerima perintah dari kaisar memberi kekuasaan pada orang Quraish untuk melakukan perjalanan melalui Suriah dalam keadaan aman."36 Hashim dan kelompoknya tetap mempertahankan tugasnya sebagai kepala pengaturan makanan dan minuman untuk para jamaah haji. Kekayaannya telah memberi peluang melayani para jamaah haji dengan kebesaran seorang pangeran.37

Sewaktu melakukan misi perdagangan ke Madinah, Hashim terpikat oleh seorang wanita bangsawan suku Khazarite, Salma bint 'Amr. la menikah dan kembali bersamanya ke Mekah, namun saat dalam keadaan hamil ia memilih kembali ke Madinah dan melahirkan seorang putra, bernama Shaiba di sana. Hashim meninggal di Gaza pada saat melakukan misi perdagangan,38 dan memberi kepercayaan pada saudaranya, Muttalib, guna memelihara putranya39 yang saat itu, masih bersama sang ibu. Saat melakukan perjalanan ke Madinah, Muttalib berselisih paham dengan janda Hashim tentang penjagaan pemuda Shaiba, yang pada akhirnya ia berada pada pihak yang menang. Dengan kembali bersama paman dan keponakannya ke Mekah, orang salah pengertian dan mengira anak lelaki itu sebagai hamba Muttalib. Oleh sebab itu, nama julukan Shaiba menjadi 'Abdul-Muttalib.40

Setelah meninggal pamannya, 'Abdul-Muttalib, mewarisi tugas Siqaya (pengadaan air minum buat para jamaah haji) dan Rafada (pengumpul bantuan keuangan untuk para jamaah haji miskin).41 Setelah menemukan kembali sumur zamzam yang mata airnya terbenam dan sudah terlupakan di bawah himpunan pasir beberapa tahun lamanya, ia memperoleh kehormatan dan ketinggian menjadi gubernur kota Mekah. Beberapa tahun sebelumnya ia pernah nazar bahwa jika ia diberi sepuluh orang putra, ia akan mengorbankan satu di antara mereka demi sebuah patung berhala. Sekarang, setelah diberi

v. Masa Qusayy Hingga Muhammad

keberkahan dengan sejumlah putra seperti dikehendaki, 'Abdul-Mutallib berupaya memenuhi janjinya dengan meminta pendapat Azlam42 agar memilih siapa di antara mereka yang hendak dikorbankan. Nama anak termuda (yang paling digemari), 'Abdullah, ternyata itu yang muncul. Pengorbanan ke­munisaan dianggap suatu yang tidak disenangi di kalangan orang Quraish, maka ia mengontak juru sihir yang, menurut ramalan, 'Abdullah akan ditukar dengan seekor unta. Azlam kembali dihubungi, dan nilai nyawa anak muda itu ditaksir dengan harga seratus unta.

Karena luapan kegembiraan melihat peristiwa tersebut 'Abdul-Muttalib membawa putranya, 'Abdullah, ke Madinah untuk mengunjungi beberapa kerabatnya. Di sanalah `Abdullah mengawini Amina, sepupu perempuan Wuhaib yang merupakan tuan rumah dan memiliki asal usul keturunan kabilah (saudara laki-laki Qusayy mendirikan kabilah bani Zuhra dari suku Wuhaib). 'Abdullah menikmati kedamaian dalam keluarga beberapa lama sebelum memulai misi perdagangan ke Syria. Malangnya sepanjang perjalanan jatuh sakit. la kembali ke Madinah dan meninggal dunia di saat Amina mulai kehamilan Muhammad.

vi. Kondisi Keagamaan di Jazirah Arabia

Menjelang masa kenabian Muhammad, Jazirah Arab tidak merasa akrab melihat semua bentuk reformasi keagamaan. Sejak berabad-abad penyem­bahan patung berhala tetap tak terusik, baik pada masa kehadiran permukiman kaum Yahudi maupun upaya-upaya Kristenisasi yang muncul dari Syria dan Mesir. William Muir, dalam bukunya, The Life of Mahomet, beralasan bahwa kehadiran kaum Yahudi atau keberadaan mereka membantu menetralisasi tersebarnya ajaran Injil melalui dua tahap. Pertama, dengan memperkuat diri sendiri di sebelah utara perbatasan Arab, dan untuk itu, mereka membuat penghalang, barrier, antara ekspansi Kristen ke utara dan penghuni kaum berhala di sebelah selatan. Kedua, para penyembah berhala bangsa Arab telah melakukan kompromi dengan agama Yahudi dalam memasukkan cerita legendaris guna menghabisi permintaan aneh-aneh agama Kristen.43 Saya tak dapat menerima teori pendapat ini sama sekali. Menurut pengakuan bangsa Arab, sebenarnya, sisa-sisa keagamaan monoteistik Nabi Ibrahim dan Isma'il yang telah diubah oleh khurafat dan kebodohan. Cerita yang biasanya dimiliki oleh kaum Yahudi dan orang Arab umumnya merupakan hasil keturunan nenek moyang bersama.

Ajaran Kristen abad ke-7 itu sendiri tenggelam dalatn perubahan dan mitos palsu dan terperangkap dalam stagnasi secara total. Dulunya Bangsa Arab yang mengikuti agama Kristen bukan disebabkan oleh sikap persuasif melainkan akibat kekejaman kekuasaan politik.44 Tak ada kekuatan yang dapat melumpuhkan para penyembah berhala bangsa Arab di mana kemusyrikan mencengkeram begitu kuatnya. Lima abad lamanya upaya Kristenisasi mem­buahkan hasil nihil. Perpindahan terhadap agama Kristen hanya terbatas pada ban! Harith dari Najran, bani Hanifa dari Yamama, dan beberapa bani Tayy di Tayma'.45 Dalam masa lima abad, sejarah tidak mencatat adanya satu insiden apa pun yang menyangkut sikap penyiksaan para misionaris Kristen. Di sini sarigat berbeda dari nasib yang dialami oleh pengikut Muhammad sejak awal pertama di Mekah di mana kristenisasi dipandang sebagai suatu hal yang menyusahkan dan mendapat sikap toleran, sebaliknya Islam dianggap sebagai suatu yang membahayakan terhadap institusi keberhalaan bangsa Arab.


2. Masa Kenabian Muhammad
(53 Sebelum Hijrah -11 Setelah Hijrah/571-632 Masehi.)46

Mengungkap kehidupan Nabi dalam Islam adalah pekerjaan yang cukup luas, seorang dapat menulis buku berjilid jilid yang dapat disajikan bagi ka­langan yang berminat. Tujuan dalam bagian buku ini sedikit lain. Dalam bab-bab berikut kita akan mengupas beberapa nabi dari kalangan Israel, termasuk Nabi Isa dan kita hendak mengungkap sikap oposisi orang-orang Israel dan penye­lewengan yang begitu cepat terhadap ajaran ketuhanan. Di sini, dalam melihat kembali jalan yang telah ditempuh oleh penulis lain, saya sekadar memaparkan uraian singkat guna melengkapi referensi tentang Nabi Musa dan Nabi Isa.

i. Kelahiran Muhammad

Sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bahwa `Abdullah, ayah Muhammad, wafat saat Amina sedang hamil. Muhammad dilahirkan dalam keadaan serbapelik. la hadir dari keluarga miskin namun cukup terpandang di masyarakat. Beberapa saat kemudian ibunya juga meninggal dunia dan men­jadi anak yatim sejak usia enam tahun. la mulai bekerja sebagai penggembala kambing di kota Mekah di dataran bumi yang tandus itu.47 Mengikuti jejak tradisi kehidupan orang Quraish, ia pun terjun ke dunia bisnis. Sikap integritas dan keberhasilannya sebagai pedagang, ia berhasil meraih simpati Khadijah seorang janda tua, cerdik, lagi kaya. Kemudian ia menikahinya.48 Muhammad amat terkenal memiliki sikap kejujuran dan integritas di seluruh kota Mekah dalam semua masalah. Pendapat Ibn Ishaq mengatakan, "Sebelum turunnya wahyu, orang-orang Quraish telah memberi label sebagai satu-satunya orang tepercaya (al-amin).49

ii. Muhammad Manusia Tepercaya

Datang masa yang amat tepat ketika orang Quraish merasa perlu mere­novasi Ka'bah. Mereka bekerja sama di mana setiap anggota suku mengum­pulkan batu-batu untuk membangun kembali sebagian struktur ada. Ketika konstruksi itu sampai pada peletakan batu hitam (Hajar al-aswad) perselisihan semakin memanas. Setiap sub-kesukuan ingin mendapat kehormatan me­letakkan batu hitam itu pada sudutnya sampai titik puncaknya mereka membuat aliansi di mana bentrokan fisik semakin tak terelakan. Abu Umayya, sesepuh di kalangan bangsa Quraish, mendesak agar orang pertama yang memasuki pintu gerbang tempat suci ditunjuk sebagai juri dan semua dapat menerima pendapat ini. Orang pertama yang masuk pintu gerbang tidak lain adalah Muhammad. Ketika orang Quraish melihat, mereka berkomentar, "Kini hadir orang kepercayaan dan kita semua senang melihat ia bertindak sebagai hakim. Di sini Muhammad tiba." Ketika ia diberitahukan akan adanya perselisihan, ia meminta sehelai kain. Kemudian ia mengambil batu hitam itu dan meletakkan di atasnya dan meminta setiap kepala suku memegang bagian ujung penjuru kain dan mengangkat bersama-sama. Semua melakukannya dan saat mereka sampai pada titik batu hitam la (Muhammad) mengangkat dan meletakkannya dengan tangan sendiri. Dengan penyelesaian perselisihan yang memuaskan semua pihak, konstruksi bangunan berjalan tanpa ada gangguan yang lain.50

iii. Muhammad Utusan Allah

Dengan diberkahi sikap ideal dan benci terhadap segala jenis pemberhalaan, Muhammad tidak pernah sujud di depan patung erang Quraish ataupun ikut serta dalam ritual kemusyrikan. Selain ia hanya menyembah Tuhan Yang Esa, cara berpikir yang baik, dan keadaan buta huruf menye­babkan la tak tahu-menahu praktik keagamaan Kristen maupun Yahudi. Kemudian sewaktu mulai menunjukkan tanda-tanda kematangan menerima tugas kenabian, Allah mempersiapkan tugas ini secara bertahap. Pertama, ia melihat kebenaran sebuah mimpi.51 la melihat batu memberi hormat padanya,52­selain itu pernah mendengar Malaikat Jibril namanya dari langit,53 dan ia melihat cahaya bersinar.54

'A'isha melaporkan bahwa pendahuluan kenabian Muhammad adalah kesempurnaan impiannya: dalam masa enam bulan ia melihat mimpi begitu akurat menjelma seperti kenyataan. Kemudian, ketika wahyu pertama turun sewaktu menyendiri di Gua Hira', Malaikat Jibril muncul di depannya dan berkali-kali minta agar membaca. Saat melihat sikap dan penjelasan Muhammad bahwa ia seorang buta huruf, Jibil tetap ngotot hingga akhirnya dapat menirukan ayat-ayat pertama dari Surah al-'Alaq;55



'Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpa! darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."56

Inilah pertama kali diturunkannya wahyu ( ) dan permulaan dari Kitab Al-Qur'an.

Suatu yang di luar dugaan pada usia empat puluh, Allah memanggil Muhammad dengan risalah sederhana tetapi jelas berupa pengakuan (‘Tidak ada tuhan selain Allah, dan Muhammad adalah utusan-Nya'). Dengan ini ia telah diberi mukjizat abadi yang dapat memuaskan akal pikiran, penawan hati yang mampu menggugah kembali jiwa jiwa yang tak berdaya yaitu berupa Kitab Suci Al-Qur'an.

iv. Abu Bakr Menerima Islam

Abu Bakr ibn Quhafa merupakan orang pertama di luar keluarga Nabi Muhammad. yang menerima Islam yang kemudian diberi gelar as-Siddiq. la seorang pedagang terkemuka dan disegani yang kemudian menjadi seorang sahabat setianya. Pada suatu hari ia bertanya pada Muhammad, 'Adakah betul apa yang dikatakan orang Quraish tentang engkau wahai Muhammad, bahwa mengganggu tuhan-tuhan mereka, menghina cara berpikir kita dan tak percaya pada tata perilaku yang dilakukan bapak-bapak kita terdahulu?', tanya Abu Bakr. Muhammad menjawab, "Saya seorang Nabi Allah dan utusan-Nya, saya diutus untuk menyampaikan risalah-Nya. Saya memanggil ke jalan Allah yang benar. Karena kebenaran ini aku mengajakmu mengikuti jalan Allah, Tuhan Yang Esa yang tidak ada menyamai-Nya, agar tidak menyembah kecuali Dia, dan memberi pertolongan pada mereka yang menaati perintah-Nya." Kemudian ia membaca beberapa ayat-ayat Al-Qur'an yang menawan hatinya dan kemudian menyatakan menerima agama Islam.57

Selain sebagai seorang pedagang kenamaan, Abu Bakr punya makna tersendiri di hati orang Quraish. Dengan inisiatif sendiri menyampaikan risalah ini, ia mulai mengajak pihak lain mengikuti jejaknya terutama orang-orang kepercayaan yang sering berjumpa di pusat perdagangan. Banyak di antara mereka yang mengikuti, di antaranya az-Zubair bin al-'Awwam, 'Uthmam bin 'Affan, Talhah bin `Ubaidillah, Sa'ad bin Abi Waqqas dan 'Abdul-Rahman bin 'Auf. Abu Bakr menjadi pembela utama Nabi Muhammad dan memiliki keimanan yang prima dalam kondisi serbasulit sekalipun. Dalam hal perj alanan Nabi Muhammad ke Bait al-Maqdis (Jerusalem), beberapa pengikutnya tidak dapat menerima secara rational kejadian tersebut yang mengakibatkan se­bagian mereka murtad. Para kafir Mekah mengambil kesempatan ini mem­bujuk Abu Bakr membelot dari keyakinannya. Adakah ia masih percaya bahwa Muhammad telah melakukan perjalanan di malam hari ke Jerusalem dan kembali ke Mekah sebelum fajar? la menjawab, "Tentu saya percaya. Saya percaya terhadap sesuatu yang lebih dianggap aneh oleh kalian, yaitu sewaktu Muhammad memberitahukan menerima wahyu dari langit."58

v. Nabi Muhammad Berdakwah secara Terbuka

Setelah tiga tahun lamanya berdakwah secara rahasia, Nabi Muhammad dapat perintah Allah agar menyebarkan pesan-pesan dakwah terang-terangan.



"Maka sampaikanlah olehmu secara terang-terangan segala apa yang diperintahkan (kepadamu) dan berpalinglah dari orang-orang yang musyrik."59

Pada tahap awal, Nabi Muhammad melihat keberhasilan dakwahnya karena para pembesar dan kepala suku tidak ada di kota Mekah. Saat kembali, mereka mulai membuat perhitungan dan menyadari akan bahaya agama baru ini. Mereka mulai melakukan penindasan terhadap masyarakat Muslim yang baru lahir. Beberapa rakyat kecil mulai dipaksa kembali menerima tata cara kehidupan semula sedang lainnya tetap bertahan pada kepercayaan agama baru. Dari hari ke hari kekejaman semakin meningkat dan Nabi Muhammad setelah lebih kurang dua tahun dalam penindasan minta mereka yang tak tahan menghadapi ujian agar hijrah ke Habashah.60 Memasuki kejadian tahun ke lima kenabian, mereka yang menerima usulan untuk hijrah berjumlah kurang dari dua puluh orang.61 Hijrah kedua dimulai tidak lama setelah melihat meningkatnya penindasan pihak orang-orang kafir yang ingin mencabut akar pemikiran Islam dari lubuk hati mereka.62 Melihat kegagalan strategi yang mereka lakukan, orang-orang kafir mulai mengambil langkah baru.

vi. Tawaran Pihak Quraish kepada Muhammad

Dengan masuk Islamnya Hamzah (salah satu paman Nabi Muhammad) merupakan titik klimaks bahaya yang dirasakan oleh pihak Quraish. 'Utba bin Rabi'a, seorang kepala suku melihat Muhammad melakukan shalat di Masjid al-Haram sendirian dan memberitahukan kepada lain, "Saya akan pergi me­nemui Muhammad mengemukakan beberapa usulan yang mudah-mudahan ia dapat menerimanya. Kita akan tawarkan apa saja yang la mau dan kita akan membiarkan ia dalam keadaan selamat." ‘Utba pergi menemuinya dan berkata,

"Wahai saudara sepupuku, anda adalah satu di antara kita, keturunan kabilah termulia serta memiliki asal usul keturunan yang amat terpandang. Anda hadir di tengah para pengikut dengan membawa masalah yang amat besar yang mengakibatkan pecahnya masyarakat. Engkau caci maki tatanan hidup, menghina tuhan-tuhan dan agama mereka dan anda anggap keturunan mereka sebagai kafir. Sekarang dengar apa yang hendak saya tawarkan dengan harapan anda akan dapat menerima salah satu darinya." Nabi Muhammad setuju 'Utba meneruskan ucapannya, "Wahai saudara sepupu saya, jika sekiranya anda menghendaki-dengan apa yang anda bawa-harta kekayaan, kita akan mengumpulkan seluruh kekayaan dan menganugerahkan pada anda sehingga anda terlihat sebagai orang terkaya; jika sekiranya anda menghendaki kedudukan, saya akan mengangkat engkau pemimpin saya dan tak akan ada keputusan apa pun yang hendak dibuat tanpamu; jika anda menghendaki kekuasaan, saya akan membuatmu sebagai seorang raja; dan jika yang ada padamu ternyata merupakan
roh jahat, seperti yang anda lihat tetapi tak mampu menghindar, saya akan mencari pakar peruwatan dan menggunakan seluruh harta kekayaan demi penyembuhan penyakitmu. Biasanya setiap roh jahat ada saja seorang ahli penyembuhnya." Setelah mendengar penuh sabar dan perhatian, Nabi Muhammad mulai menjawab, "Sekarang dengarlah dari saya:



"Haa Miim. Diturunkan dari Tuhan Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Kitab yang dijelaskan ayat-ayatnya, yakni bacaan dalam bahasa Arab, untuk kaum yang mengetahui, yang membawa berita gembira dan yang membawa peringatan, tetapi kebanyakan mereka berpaling (darinya) maka mereka tidak (kamu) mendengarkan. Mereka berkata, ‘Hati kami berada dalam tutupan (yang menutupi) apa yang kamu seru kami kepadanya dan di telinga kami ada sumbatan dan di antara kami dan kamu ada dinding, maka bekerjalah kamu; sesungguhnya kami bekerja (pula).' "63

Nabi Muhammad meneruskan bacaan sementara ‘Utba mendengar penuh perhatian sehingga sampai pada sepotong ayat yang memerintahkan sujud dan ia melakukannya. Nabi Muhammad kemudian berkata, "Anda telah mendengar apa yang telah kubacakan dan selanjutnya terserah sikap anda."64

vii. Boikot Kaum Quraish terhadap Muhammad dan Sukunya

Melihat kegagalan persuasi yang dilancarkan kepada Muhammad, para dedengkot Quraish menempuh cara lain. Mereka mendekati Abu Talib, sesepuh yang paling disegani dan sekaligus paman dan sumber proteksi baginya. la meminta agar Muhammad berhenti mencaci tuhan orang lain, mengutuk keturunan, dan agama nenek moyang mereka. Abu Talib diutus menyampaikan pesan mereka. Melihat sikap pamannya yang semakin goyah dalam mem­belanya, Muhammad menjawab, "Wahai pamanku, demi Allah, jika mereka meletakkan matahari di tangan kanan dan bulan di sebelah kiri memaksa saya agar meninggalkan tugas ini, saya akan tak akan menyerah. sehingga Allah memberi kemenangan ataupun aku binasa karena-Nya." Mendengar ucapannya, Abu Talib menoleh ke belakang sambil mengusap air mata. Tersentuh oleh ucapannya, ia meyakinkan dan tidak akan mundur sedikit pun dari pembelaan. Beberapa saat kemudian, sebagian anggota suku ban! Hashim dan al-Muttalib tidak mau meninggalkan Muhammad dan menyerahkannya meskipun mereka sama-sama menyembah berhala seperti lazimnya orang Quraish. Dengan kegagalan saat itu, para pembesar Quraish mengeluarkan menyatakan pemboikotan terhadap ban! Hashim dan al-Muttalib yang antara lain, perkawinan dan semua bentuk transaksi perdagangan sesama orang-orang Quraish agar diputus sampai pada keperluan sehari-hari tidak disediakan. Kekejaman yang me­matikan itu berlangsung selama tiga tahun di mana Nabi Muhammad dan seluruh pengikutnya menderita kelaparan luar biasa tanpa makanan di tengah padang pasir tanpa tumbuh-tumbuhan.65

viii. Sumpah Setia 'Aqaba

Satu dasawarsa perj alanan dakwah, Nabi Muhammad mendapat beberapa ratus pengikut yang sabar dan tahan menghadapi segala penindasan. Pada masa itu pula agama ini dapat menyentuh telinga dan hati sebagian penduduk Madinah, yang letaknya lebih kurang 450 kilometer dari utara kota Mekah. Orang-orang Islam dari wilayah itu berkunjung ke Mekah tiap musim haji yang jumlahnya selalu bertambah sehingga pada akhirnya bertemu dengan Nabi Muhammad secara diam-diam di ‘Aqaba, dekat Mina di malam hari guna menyampaikan sumpah dan janji setia dengan noktah-noktah berikut,66

Gambar 2.2: Situs tempat Sumpah Setia ‘Aqaba di buat (Sebuah Masjid tua Menghiasi tempat tersebut).

(1). Tidak akan menyekutukan Allah; (2). Menaati Nabi Muhammad dalam semua kebaikan; (3). Tidak akan mencuri; (4). Menjauhi perbuatan zina; (5). Menjauhi perbuatan maksiat, dan (6). Tidak akan mengumpat orang lain.

Tahun berikutnya dengan jumlah lebih besar (lebih dari tujuh puluh termasuk wanita) kembali menemui Nabi Muhammad di musim haji mengundang beliau hijrah ke Madinah. Pada malam itu mereka mengucapkan sumpah setia yang ke dua kali dengan sedikit penambahan ungkapan kata­kata;67 hendak memberi proteksi pada Nabi Muhammad seperti halnya mereka memproteksi keluarga mereka. Dengan undangan ini kaum Muslim yang merasa tertindas dapat menemukan jalan keluar, sebuah perjalanan di mana akan mendapat sambutan hangat dari penduduknya.

ix. Upaya Pembunuhan Nabi Muhammad

Setelah sanksi ekonomi yang amat kejam itu berjalan tiga tahun, sebagian masyarakat Muslim cenderung menerima tawaran dan sebagian mulai berhijrah. Menyadari akan gerak yang mungkin dilakukan oleh Nabi Muhammad ke utara menuju Madinah hanya akan memperlambat konfrontasi yang tak mungkin terelakan. Demi tercapainya tujuan, para pembesar Quraish menya­dari akan waktu yang tepat untuk mengakhiri permusuhan dengan kesepakatan menghabisi nyawa Nabi Muhammad.

Setelah mencium upaya itu, Allah memerintahkan Muhammad agar segera bergegas hijrah ke Madinah secara rahasia. Tak ada seorang pun yang tahu akan rencana ini kecuali All, Abu Bakr, serta keluarganya. Nabi Mu­hammad minta agar 'Ali tinggal sementara karena dua alasan. Pertama sebagai upaya diversi, Ali diminta menginap di tempat tidur Rasulullah persis dengan cara-cara yang dil'akukan Nabi Muhammad dengan mengenakan kain selimutnya. Hal ini dimaksudkan sebagai trick bagi mereka yang sedang menunggu. Kedua, upaya pengembalian citra bahwa orang-orang masih menaruh harapan pada Nabi Muhammad guna memelihara tuhan-tuhan mereka sebagai keper­cayaan sikapnya masih belum ada seorang pun yang mampu menyaingi.68

x. Muhammad di Madinah

Menghindari upaya pembunuhan, berkat rahmat dan izin Allah, Nabi Muhammad berhijrah ditemani sahabat setianya, Abu Bakr, bersembunyi selama tiga hari di Gua at-Thur yang gelap.69 Madinah diwarnai upacara kebesaran saat beliau tiba pada bulan rabi 'al-awwal, di mana seluruh jalan penuh dengan luapan ekspresi kegembiraan pantun dan syair. Dengan berakhirnya segala penindasan, Nabi Muhammad tidak lama kemudian mulai membangun sebuah masjid sederhana yang cukup luas dan mampu menampung banyak para penuntut ilmu, tamu-tamu, dan para pelaku ibadah tiap hari dan shalat Jumat. Jauh sebelumnya, sistem perundang-undangan telah dirancang yang mengatur hubungan tanggung jawab kaum pendatang dari Mekah dan penduduk Madinah terhadap orang lain, negara Islam yang baru lahir, sesama orang Yahudi, dan kedudukan serta tanggung jawab mereka terhadap masyarakat dan negara. Ini merupakan sistem perundang-undangan pertama yang tertulis dalam sejarah dunia:70

Madinah terdiri dari sebagian beberapa suku orang Yahudi. Aus dan Khazraj adalah suku terbesar di antara yang ada. Kedua suku itu terikat tali hubungan darah, kendati tak serasi dan sering kali terlibat dalam konflik bersenjata. Orang-orang Yahudi selalu berubah sikap yang mengakibatkan keretakan di antara mereka. Kedatangan Nabi Muhammad telah mengobarkan minat pemeluk agama baru ke setiap rumah suku Aus dan Khazraj, seperti halnya situasi politik yang semakin jelas dengan terciptanya perundang­undangan baru di mana Nabi Muhammad sebagai pemegang kekuasaan tertinggi dan sekaligus sebagai pemimpin umat Islam dan juga bangsa Yahudi. Bagi mereka yang tidak suka memihak pada Nabi Muhammad dianggap kurang bijak untuk melakukan oposisi terbuka, dan bagi mereka sikap bermuka dua menjadi hal yang rutin. Orang-orang munafik berupaya menyakiti Nabi Muhammad dan pengikutnya melalui berbagai cara dan dengan penuh semangat yang tak terpatahkan sepanjang kehidupan beliau.

Permusuhan secara terang-terangan antara umat Islam dan orang kafir Arab dan keberadaan orang Yahudi, telah menyulut terjadinya beberapa per­tempuran besar dan kecil. Peperangan yang besar, antara lain, seperti Perang Badardi bulan Ramadan dua tahun setelah hijrah,71 Perang Uhud yang terjadi pada bulan Shawwal, tahun ke-3 setelah hijrah; Perang Khandaq di bulan Shawwal, tahun ke-5 setelah hijrah; Perang Ban! Quraiza, tahun ke-5 setelah hijrah; Perang Khaebar, Rabi al-Awwal tahun ke-7 setelah hijrah, Perang Mu'ta, Jumad al-Awwal tahun ke-8 setelah hijrah, penaklukan kota Mekah (Fathu Makkah), pada bulan Ramadan tahun ke-8 setelah hijrah, Perang Hunain dan Ta'if, pada bulan Shawwal tahun ke-8 setelah hijrah, tahun pendelegasian72, dan Perang Tabuk pada bulan Rajab tahun ke-9 setelah hijrah.

Kendati musuh-musuh Nabi Muhammad dalam peperangan pada umum­nya terdiri dari para penyembah berhala, pada hakikatnya termasuk juga orang­orang Yahudi dan Kristen yang beraliansi dengan kekuatan kafir Quraish dalam melakukan oposisi terhadap orang Islam. Saya sebut beberapa kejadian dari peperangan ini bukan hendak memperpanjang pembahasan melainkan sekadar perbandingan merebaknya agama Islam di bawah kepemimpinan Nabi Muhammad dan sikap kacau bangsa Israel dalam pengembaraan di masa Nabi Musa dan perjuangan dua belas utusan peserta Nabi Isa.73

xi. Awal Pecahnya Perang Badar

Nabi Muhammad mendengar berita bahwa kafilah besar melewati rule dekat kota Madinah di bawah komando kepemimpinan Abu Sufyan. Nabi Muhammad berusaha menghadangnya namun sempat Abu Sufyan mencium jejak itu dan akhirnya mengubah rute perjalanan dengan mengirim seorang utusan ke Mekah agar menambah jumlah personal. Pasukan tempur dengan seribu tentara dan tujuh ratus unta serta pasukan kuda dipersiapkan atas saran Abu Jahl, suatu pertunjukan kekuatan raksasa yang hendak menggempur kota Madinah. Setelah menerima mata-mata tentang kafilah serta perubahan rule perjalanan dan pasukan militer Abu Jahl, Nabi Muhammad membuat pe­ngumuman minta saran sahabafiya. Abu Bakr berdiri secara terhormat sikap terhormat yang kemudian diikuti oleh Umar. Kemudian al-Miqdad bin 'Amr berkata, "Wahai Nabi Allah, pergilah ke mana Allah memberitahukan anda dan kita akan bersamamu. Demi Tuhan, saya tidak akan berkata seperti ban! Israil74 kepada Nabi Musa, pergi bersama tuhanmu dan perangilah sedang kami akan duduk melihatnya,"75 Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika sekiranya engkau hendak membawa saya pada suatu tempat bernama Bark al-Ghimad76 saya akan berperang sampai mati bersamamu melawan mereka sehingga engkau dapat menguasainya." Kata-katanya terdengar oleh Nabi Muhammad dan ia berterima kasih dan berdoa kepadanya.

Lalu ia mengatakan, "Berilah aku nasihat wahai manusia sekalian," yang dimaksud adalah kaum Ansar. Ada dua alasan di belakang ini: (a). Mereka sebagai anggota masyarakat mayoritas; dan (b). Ketika kaum Ansar memberi janji setia di 'Aqaba, mereka menjelaskan bahwa mereka tidak berhak mendapat keselamatan sehingga ia memasuki daerah mereka. Saat itu mereka berjanji akan memberi proteksi sebagaimana mereka proteksi pada para keluarganya. Oleh karena itu, Nabi memberi perhatian jangan jangan mereka meliliatnya dengan sikap setengah hati terhadap penyerangan tentara Abu Jahl yang begitu kuat saat masih ada di luar perbatasan kota Madinah. Saat Nabi Muhammad mengutarakan kata-kata seperti itu, Sa'd bin Mu'adh berkata, "Demi Allah, mungkin yang dimaksud adalah kami?". Nabi menjawab, "Tentu, tanpa diragukan lagi." Kami percaya pada engkau, kami teguh terhadap kebenaranmu, kami bersaksi bahwa apa yang engkau dakwahkan adalah benar dan kami telah memberi sumpah setia untuk mendengar dan menaatinya. Oleh karena itu, pergilah ke tempat mana pun yang engkau kehendaki dan kami akan tetap bersamamu. Demi Tuhan yang telah mengutusmu dengan kebenaran, jika engkau menyeberangi lautan ini sekalipun, saya akan tetap mengarungi lautan dan tak akan ada seorang pun yang menunggu-nunggu di belakang. Kita tidak gentar sedikit pun menghadang musuh-musuhmu di esok hari. Kita cukup berpengalaman dan terlatih dan dapat dipercaya dalam pertempuran. Barang­kali akan lebih baik saat Allah mengizinkan kita membuat presentasi sesuatu yang akan membuat engkau senyum, maka ajaklah menerima rahmat Allah.77 Nabi Muhammad, semakin yakin setelah diberi masukan oleh ucapan dari Sa'd dan kemudian siap menuju Badr dengan pasukan sebanyak 319 orang, dua ratus pasukan kuda dan tujuh puluh pasukan unta. Di sanalah mereka menghadang kekuatan tentara Quraish: seribu orang (enam ratus memakai baju tem­pur anti peluru, seratus pasukan kuda dan ratusan pasukan unta.78 Pada hari terakhir karunia Allah tampak terang pada pihak tentara Muslim, dimana musuh-musuh kafir menderita kekalahan telak dan negara Islam mulai mencapai tingkat kedewasaan menjadi kekuatan yang terkenal di Semenanjung Arab.

xii. Terbunuhnya Khubaib bin 'Adil al-Ansari

Khubaib, seorang budak Muslim Safwan bin Umayya hendak dieksekusi di depan khalayak sebagai sikap balas dendam terhadap kematian ayahnya yang gugur sewaktu Perang Badr. Orang-orang berkumpul hendak menyaksi­kan peristiwa itu. Di antara mereka adalah Abu Sufyan, yang menghujani berbagai makian terhadap Khubaib saat membawa keluar untuk dihabisi nyawanya, "Saya bersumpah karena tuhan Khubaib, adakah anda meng­inginkan Nabi Muhammad hadir di tempat ini untuk kita penggal lehernya dan anda akan kami bebaskan hidup bersama keluarga? Khubaib menjawab, "Demi Tuhan, saya tidak akan mau melihat Nabi Muhammad hadir di sini dan saya lebih suka melihat ia menduduki kekuasaan daripada saya harus duduk di tengah keluarga." Abu Sufyan berkata sumbar, "Saya tidak pernah melihat seseorang mencintai orang lain seperti mereka mencintai Muhammad." Kemudian Khubaib dicincang anggota tubuhnya satu per satu sekecil biji gandum dan darah mengalir dari tiap penjuru sebelum ia dihabisi.79

xiii. Penaklukan Kota Mekah

Menurut persyaratan Perjanjian Hudaibiyyah (6 A.H.), semua suku diberi pilihan antara mengikuti Nabi Muhammad atau orang Quraish sesuai kehendak mereka. Suku Khuza'a memilih bergabung dengan Nabi Muhammad, sedang­kan banu Bakr bergabung dengan pihak Quraish. Bani Bakr, mengkhianati perjanjian dengan bantuan pihak Qurasih menyerang suku Khuza'a. Orang­orang suku Khuza'a menuju tempat suci Ka'bah dengan menyalahi tata cara yang telah disepakati tanpa jaminan keamanan. Mereka mengeluh menuntut keadilan. Nabi Muhammad menawarkan pada pihak Quraish dan ban! Bakr tiga pilihan, di mana yang terakhir meminta agar perjanjian Hudaibiyyah dibatalkan. Dengan sikap sombong, pihak Quraish mengambil pilihan ke-3. Setelah menyadari akan ketidakbijaksanaan pilihan, Abu Sufyan menemui Rasulullah minta agar perjanjian itu diperbarui akan tetapi kembali dengan tangan hampa. Nabi Muhammad bersiap-siap melakukan serangan ke Mekah dan seluruh kabilah yang telah mengucapkan sumpah setia pada umat Islam diminta bergabung pada pasukannya. Dua puluh satu tahun lamanya orang Quraish me'lakukan berbagai penindasan, penyiksaan, dan kekejaman terhadap umat Islam. Roda kini berputar dan mereka sepenuhnya menyadari arti persiapan yang dilakukan Rasulullah dan rasa cemas menghantui setiap rumah. Dengan pasukan sebanyak sepuluh ribu, Nabi Muhammad menuju Mekah pada hari ke sepuluh Ramadan, tahun ke-8 hijrah. Mereka melakukan camping di suatu tempat bernama Marr Az-Zahran dan orang Quraish memahami akan fakta ini. Nabi Muhammad bukan hendak mengejutkan pihak musuh dan tidak pula menghendaki terjadinya pertumpahan darah. la hanya menghendaki pihak Quraish menyadari sepenuhnya akan situasi sebelum mengambil pilihan perang yang tak berarti. Sementara Abu Sufyan dan Hakim bin Hizam mulai melakukan tugas mata-mata ketika mereka bertemu dengan 'Abbas, paman Nabi Muhammad. 'Abbas menasihati agar ia masuk Islam. Islamnya Abu Sufyan berarti pembuka jalan akan kemenangan tanpa pertumpahan darah.

Kemudian Abu Sufyan menuju Mekah dan memekik suara tangis dengan lantangnya, "Wahai orang Quraish, inilah Muhaminad telah hadir ke tempat kalian dengan pasukan yang tak mungkin kalian mampu melawan. Siapa hendak mengungsi di rumah Abu Sufyan la akan selamat, siapa yang ingin mengunci pintu rumah sendiri, juga selamat. Siapa yang masuk tempat suci Mekah juga selamat." Nabi Muhammad kembali ke tempat asal kelahirannya, sebuah kota yang membuat ia sengsara beberapa tahun menghadapi kekejaman dan siksaan. Sekarang pasukan tentara dapat memasuki Mekah tanpa darah setetes pun. Perlawanan kecil-kecilan terlihat di sana sini sedang Nabi Muhammad berdiri di depan pintu Ka'bah memberi kata sambutan dengan diakhiri seruan, "Wahai orang Quraish, apa yang ada di benak hati kalian tentang apa yang hendak saya lakukan terhadap kamu semua?" Mereka semua menjawab, "O, saudaraku yang mulia dan anak terhormat saudaraku! Saya tak mengharapkan sesuatu, kecuali rasa belas kasihmu." Lalu la menjawab, Pergilah kalian dengan bebas merdeka!"80

Itulah grasi ampunan yang la demonstrasikan pada tiap penduduk Mekah yang telah melakukan penyiksaan terhadap umat Islam selama dua puluh tahun.81 Dalam masa sepuluh tahun semua Jazirah Arab sejak dari Aman hingga ke Laut Merah, dari sebelah selatan Suriah ke Yaman jatuh di bawah kekuasaan umat Islam. Hanya satu dasarwarsa setelah Nabi Muhammad hijrah ke Madinah, la bukan saja seorang Nabi yang melaksanakan perintah ke­tuhananan, melainkan juga seorang pemimpin yang tak ada bandingannya di seluruh semenanjung Arab yang mampu menyatukan mereka pertama kali dalam sejarah.


3. Meninggalnya Nabi Muhammad Dan Kepemimpinan Abu Bakr

i. Abu Bakr Menangani Gerakan Pemurtadan

Meninggalnya Nabi Muhammad pada tahun ke-11 hijrah telah me­ngantarkan Abu Bakr sebagai pewaris negara Islam yang sedang mekar. Pada masa kegemilangan Nabi Muhammad, beberapa orang munafiq seperti Musailama al-Kadhab,82 memproklamasikan diri sebagai seorang nabi baru.83 Dengan me­ninggalnya Nabi Muhammad, pemurtadan terjadi di sebagian besar wilayah Madinah.84 Beberapa kepala suku yang merasa kehilangan kedudukan selama kehidupan Nabi Muhammad mengikuti jejak Musailama ngaku-ngaku sebagai nabi baru, seperti Tulaiha bin Khuwailid dan seorang wanita yang mengaku sebagai nabi, seperti Sajah binti al-Harith bin Suwaid, pengikut agama Kristen.85

Keadaan sedemikian ruwet sehingga ‘Umar menyarankan agar Abu Bakr melakukan sikap kompromis untuk sementara waktu dengan mereka yang tak mau membayar zakat. la bersikeras clan menolak pendapat itu dan bahkan mengatakan, "Demi Allah, dengan sikap pasti, saya akan perangi setiap yang memutus shalat dari bayar zakat suatu keharusan bagi tiap orang kaya. Demi Allah, jika terdapat seutas benang pengikat- sebuah kosakata yang digunakan untuk mengikat kaki unta-yang telah ditentukan oleh Rasulullah untuk dikeluarkan zakat sedang mereka menolaknya, saya akan perangi perkara yang demikian."86 Abu Bakr berdiri sendiri dalam mempertahankan pendapat laksana gunung raksasa yang tak mungkin tergoyahkan sehingga tiap orang memihak padanya.

Dalam mengatasi penyelewengan, Abu Bakr bergegas ke Dhul-Qassa, yang berjarak lebih kurang enam mil dari kota Madinah.87 Beliau memanggil seluruh pasukan militer yang ada dan membagi-bagi ke dalam sebelas resimen dilengkapi seorang komandan terkemuka pembawa panji pada setiap bagian dengan tujuan tertentu. Khalid bin al-Walid ditugaskan mengatasi Tulaiha bin Khuwailid; `Ikrima putra Abu Jahl bersama Shurahbil untuk mengatasi Musailama; Muhajir putra Abu Umayyah ditugaskan menghadapi sisa-sisa kekuatan al-Aswad al-Ansari dan Hadramout; Khalid bin Sa'id bin al-'As diberi tugas mengatasi al-Hamqatain di perbatasan Syria, 'Amr bin al-'As diberi tugas mengatasi Quza' ah dan lainnya; Hudhaifa bin Mihsin al-Ghalafani ditugaskan ke Daba di Teluk Aman; `Arfaja bin Harthama ke Mahara; Turaifa bin Hajiz kepada ban! Sulaim; Suwaid bin Muqarrin pada Tahama di Yaman; al-'Ala' bin al-Hadrami diberi tugas ke Bahrain; dan Surahbil bin Hasana ke daerah Yamama dan Quda'a.88

Di antara itu semua, barangkali. peperangan terbesar yang paling sengit adalah terjadi di Yamama melawan Musailama dengan jumlah pasukan melebihi empat puluh ribu di mana memiliki hubungan antarsuku terbesar di wilayah itu. Ikrima pada mulanya diutus mengatasinya namun karena kemampuan yang terbatas ia dikirim ke wilayah lain. Shurahbil, yang ditugaskan membantu 'Ikrima, diberitahukan agar menunggu kehadiran komandan baru, Khalid bin al-Walid, yang akhirnya menewaskan pasukan militer Musailama yang begitu mengagumkan.

Setelah penumpasan para pemberontak dan kembalinya semenanjung Arab di bawah pengawasan tentara Muslim, Abu Bakr menugaskan Khalid bin al-Walid menuju Irak.89 Di sana mampu mengalahkan tentara Persia di Ubulla, Mazar, Ullais (pada bulan Safar tahun ke-12 Hijrah/bulan Mei tahun 633 Masehi). Walujah disulap menjadi sungai banjir darah (pada bulan yang sama), Amghisia, dan Hira (Dhul Qi'da pada tahun ke-12 Hijrah/Januari tahun 634 Masehi),90 tempat la mendirikan pusat pertahanan.91 Setelah Hira ia melaju ke Anbar (tahun 12 Hijrah/di musim semi tahun 633 Masehi) dan menemukan kota pertahanan dilindungi oleh parit-parit. Persyaratan perdamaian dapat diterima, akan tetapi ia terus menuju 'Ain at-Tamr melintasi padang pasir selama tiga hari ke arah barat Anbar.92 Di sana terdapat musuh campuran antara orang Persia dan orang-orang Kristen Arab yang sebagian mereka pengikut seorang wanita yang mengaku menjadi nabi, bernama Sajah;93 dalam per­tempuran pasukan Kristen berperang lebih ganas dibanding tentara Persia. Keduanya kalah dan kota itu jatuh ke tangan kekuasaan umat Islam.

ii. Pasukan Militer Menuju Suriah

Ditaklukkannya semenanjung Arab di akhir tahun ke-12 Hijrah (633 Masehi.), Abu Bakr berencana menaklukkan Suriah. Dua pilihan komandan pertama, Khalid bin Said bin al-'As diikuti oleh 'Ikrima bin Abu Jahl, berhasil secara memadai. Kawasan itu dibagi empat zon dengan komandan militer masing-masing: Abu 'Ubaidah bin al-Jarrah bertanggung jawab atas daerah Hims (di bagian Barat Suriah sekarang); Yazid bin Abi Sufyan bertanggung jawab atas Damaskus; 'Amr bin al-'As bertanggung jawab atas Palestina dan Sharhabil bin Hasana terhadap Jordania.

Musuh-musuh Romawi bertindak serupa membuat empat resimen. Abu Bakr kemudian mengubah strategi dan memerintahkan empat orang jendral agar bergabung bersama dan meminta Khalid bin al-Walid mengambil langkah cepat menuju Suriah membawa separuh pasukan yang ada dan bertindak sebagai panglima militer. Di sana ia mendapat kemenangan yang luar biasa se­dang di tempat lain tentara Muslim melaju cepat menghadapi musuh-musuhnya.

4. Negara-Negara dan Provinsi yang ditaklukkan
pada Masa Kepemimpinan 'Umar dan 'Uthman

  • Yarmuk atau Wacusa, 5 Rajab, tahun ke-13 Hijrah/Sept. 634 Masehi;

  • Peperangan Qadisiya, Ramadan, tahun ke-14 Hijrah/Nov. 635 Masehi.

  • Ba'alback, 25 Rabi Awwal, tahun ke-15 Hijrah/636 Masehi;

  • Hims dan Qinnasrin ditaklukan pada tahun ke-15 Hijrah/636 Masehi;

  • Palestina dan Quds (Jerusalem) dikuasai pada Rabi II, tahun ke-16 Hijrah/637 Masehi;

  • Panaklukan Madian, tahun ke-I5 hingga ke-16 Hijrah/636-7 Masehi;

  • Jazira (Ruha, Raqqa, Nasibain, Harran, Mardien) sebagian besar penduduknya terdiri orang Kristen, ditaklukkan pada tahun ke-18 hingga ke­20 Hijrah/639-40 Masehi;

  • Penaklukan Persia: Nehavand, ke-19 hingga ke-20 Hijrah/640 Masehi;

  • Mesir (tidak termasuk Iskandariya) pada tahun ke-20 Hijrah/640 Masehi;

  • Iskandariyya pada tahun ke-21 Hijrah/641 Masehi;

  • Barqa (Libya) pada tahun ke-22 Hijrah /643 Masehi;

  • Tripoli (Libya) pada tahun ke-23 Hijrah/643 Masehi;

  • Cyprus, pada tahun ke-27 Hijrah /647 Masehi;

  • Armenia, pada tahun ke-29 Hijrah /649 Masehi;

  • Dhat as-Sawari, pada tahun ke-31 Hijrah /651 Masehi;

  • Azerbaijan, Deulaw, Marw (Merv), dan Sarakhs, pada tahun ke-31 Hijrah/651 Masehi;

  • Kirman, Sijistan, Khurasan, dan Balkh, juga pada tahun ke-31 Hijrah/651 Masehi.

Setelah memerintah selama 395 tahun, tirai dinasti Sasanid jatuh ke tangan bangsa yang baru berusia tiga dasawarsa yang masih belum memiliki pengalaman administrasi dan peperangan yang dapat dibanggakan. Hal ini tidak mungkin terjadi melainkan bagi umat Islam yang memiliki keimanan kepada Allah, Rasul-Nya, clan ketinggian agama-Nya.

Menurut Prof Hamidullah,94 daerah yang ditaklukkan selama 35 tahun setelah Hijrah (di akhir kekuasaan 'Uthman) dibagi sebagai berikut:

Daerah yang dikuasai sejak Masa Nabi Muhammad

Masa Nabi Muhammad

hingga tahun 11 hijriah

1,000,000

mil 2

Abu Bakr as-Siddiq

tahun 11-13 hijriah

200,000

mil 2

Umar bin al-Khattab

tahun 13-25 hijriah

1,500,000

mil 2

'Uthman bin ‘Affan

tahun 25-35 hijriah

800,000

mil 2

Jumlah

3,500,000

mil 2



Gambar 2.3: Perbatasan Negara Islam pada akhir khalifah ketiga (35 hijriahl655 Masehi); perbatasan sewaktu rasulullah wafat tertulis warna hijau (lht. Map)

Nabi Musa dan kedua belas suku bangsa Israel berkelana di Gurun Sinai selama empat puluh tahun tidak lebih dari seratus mil sebagai siksaan karena tidak mengindahkan perintah Allah ; dalam masa yang singkat pasukan tentara Islam mampu menaklukkan tiga setengah juta mil persegi yang sekarang disebut dengan daerah Timur Tengah.

5. Kesimpulan

Di samping luasnya wilayah teritorial yang telah ditaklukkan oleh pasuk­an tentara Muslim, baik melalui peperangan maupun deputasi (pengutusan), Nabi Muhammad wafat mewariskan dua harta pusaka umat Islam: Kitab suci Al-Qur'an dan Sunnah.95 Tugas mulia dilanjutkan oleh ribuan sahabat yang secara pribadi mengenal, tinggal, dan makan bersama beliau serta mengalami pedihnya rasa lapar, tanpa menghunus mata pisau pada pihaknya. Mereka telah berikrar janji setia dalam menghadapi berbagai kepentingan hidup tiap saat tanpa perasaan gentar sedikit pun. Kita hanya dapat menduga jumlah mereka yang kecil dan kita dapat membaca pengikut pasukan Musailama yang sebanyak empat puluh ribu hanyalah selusin di antara mereka yang terlibat dalam pertempuran dan menderita kekalahan tak berdaya. Adalah tidak mungkin mereka menghadang enam ratus ribu pasukan tempur melintasi lautan beserta Nabi Musa, seperti tercatat dalam cerita exodus,96 akan tetapi jumlah besar seperti itu hanya berkelana tak menentu di sekitar gurun pasir di bawah terik matahari. Sedangkan para sahabat nabi mampu menuai berkah kemenangan yang luar biasa. Selama penjagaan dengan begitu ketat terhadap agama baru, seluruh sistem manajemen dibangun di atas fondasi Al-Qur'an dan Sunnah sehingga penyelewengan tidak diberi peluang berkembang: Lingkungan yang seperti itu membuktikan sikap setia terhadap pemeliharaan teks kitab umat Islam dalam bentuknya yang asli, seperti yang hendak kita lihat berikutnya.

WAHYU DAN NABI MUHAMMAD

The History of The Qur'anic Text hal 43 - 48

Dari sejarah Islam kita akan melihat jejak risalah Nabi Muhammad, sifat dan kaitannya dengan ajaran para nabi terdahulu. Allah swt. menciptakan umat manusia dengan satu tujuan agar menghambakan diri kepada-Nya, meski la tidak memerlukan seseorang agar menyembah karena tidak akan menambah arti kebesaran-Nya. Tata cara penyembahan tidak diserahkan pada individu, namun secara eksplisit dijelaskan oleh para nabi dan rasul-Nya. Melihat bahwa semua rasul menerima tugas dari Pencipta yang sama, inti risalah tetap sama saja, hanya beberapa penjelasan praktis yang mengalami perubahan. Nuh (Noah), Ibrahim (Abraham), Isma'il (Ishamel), Ya'cub (Jacob), Ishaq (Isaac), Yusuf (Joseph), Dawud (David), Sulaiman (Solomon), `Isa (Jesus), dan banyak lagi yang tak terhitung, Allah mengutus dengan risalah yang ditujukan kepada masyarakat tertentu dan berlaku pada masa tertentu pula. Dalam perjalanan mungkin saja terjadi penyimpangan yang membuat pengikutnya menyembah berhala, percaya pada klenik dan khurafat, dan melakukan upaya pemalsuan. Kehadiran Nabi Muhammad, dengan risalah yang tidak tersekat dalam batas kebangsaan dan waktu tertentu, suatu kepercayaan yang tidak akan mungkin dihapus karena untuk kepentingan umat manusia sepanjang zaman.

Islam menganggap kaum Yahudi dan Nasrani sebagai "ahli kitab". Ketiga agama ini memiliki kesamaan asal usul keluarga dan secara hipotesis menyembah tuhan yang sama, seperti dilakukan oleh Nabi Ibrahim dan kedua putranya, Isma'il dan Ishaq. Berbicara masalah agama, tentu kita dihadapkan pada peristilahan yang umum kendati kata-kata itu tampak mirip, bisa jadi memiliki implikasi yang berlainan. Misalnya, Kitab suci Al-Qur'an menjelas­kan secara rinci bahwa segala sesuatu di alam ini diciptakan untuk satu tujuan agar menyembah Allah, tetapi dalam mitologi Yahudi semua alam ini dicipta­kan untuk menghidupi anak cucu bani Israel saja.1

Selain itu, nabi-nabi ban! Israel dianggap terlibat dalam membuat gambaran tuhan-tuhan palsu (Aaron) dan bahkan dalam skandal perzinaan (David), sedangkan Islam menegaskan bahwa semua nabi-nabi memiliki sifat kesalehan. Sementara, konsep trinitas dalam agama Kristen-dengan anggapan Jesus seperti terlihat dalam gambaran ajaran gereja sama sekali bertentangan dengan keesaan Allah dalam ajaran Islam. Kita akan paparkan sifat kenabian dalam ajaran Islam yang akan jadi dasar utama adanya perbedaan nyata antara Islam dan kedua agama itu yang mengalami pencemaran dari konsep monoteisme dan akan kita jelaskan bahwa Allah %%% menentukan ajaran ideal untuk seluruh alam raya dalam bentuk wahyu terakhir.

1 . Pencipta dan Beberapa Sifat-Nya

Jelas bahwa kita tidak menciptakan diri kita sendiri dan tak ada makhluk mana pun yang mampu menciptakan dirinya dari sesuatu tanpa wujud perantara. Untuk itu, Allah . menjelaskan dalam kitab suci Al-Qur'an,



"Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatu pun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?"
2


Semua makhluk berasal dari Sang Pencipta,





"(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia; Pencipta segala se­suatu, maka sembahlah Dia; dan Dia adalah Pemelihara segala sesuatu."
3




"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
4

Allah sebagai Pencipta adalah Mahaunik dan tidak ada menyerupai-Nya. Dia tiada dilahirkan clan satu-satunya Tuhan,




"Katakanlah, 'Dialah Allah, Yang Maha Esa, Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala urusan. Dia tiada beranak dan tiada pula diperanakkan, dan tidak ada seorang pun yang setara dengan Dia'."5

Dia Maha Pemurah, Pengasih, dan Penyayang. Dia membalas semua kebaikan dan menerima tobat orang yang benar-benar menyesali perbuatannya. la memberi ampunan pada siapa yang ia Kehendaki clan tidak akan memberi ampunan pada setiap menyekutukan-Nya clan akan mati dalam keadaan dosa yang tak terampuni.



"Katakanlah, 'Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Se­sungguhnya Allah mengampuni dosa-2 semuanya. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’”6





"Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barang siapa yang mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar."
7


i. Tujuan Penciptaan Manusia

Allah mencipta manusia semata-mata agar menghambakan diri kepada-Nya,



"Dan Aku tidak menciptakan jin & manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku."
8

Dengan memberi makan, air minum, tempat tinggal, reproduksi keturun­an, dan banyak lagi lainnya yang berkaitan dengan kehidupan manusia, me­nurut Islam, dapat ditransformasikan sebagai amal 'ibadah jika disertai niat memberi pelayanan terhadap Allah.

ii. Jejak Risalah Para Nabi

Dalam jiwa manusia, Allah meniupkan sifat naluri yang mengantarkan penghambaan kepada-Nya sejauh tidak ada campur tangan pihak luar.9 Guna mengatasi kemungkinan adanya pengaruh luaran, Allah swt. mengutus para rasul dari masa ke masa agar terhindar dari penyembahan berhala atau pun khurafat dan membimbing manusia pada penyembahan yang benar.



"....dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul."
10

Allah sebagai Sang Pencipta membersihkan para utusan-Nya dari segala bentuk perilaku jahat serta memberi kebaikan budi. Mereka sebagai model per­contohan dan memerintahkan semua pihak agar mengikuti jejak kepe­mimpinannya dalam menghambakan diri pada Allah swt.. Esensi risalahnya tak mengenal batas waktu sepanjang sejarah.



"Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, 'Bahwasanya tidak ada Tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku'.“11

Semua risalah para nabi adalah,



"Maka bertakwalah kepada Allah dan taatlah kepada-Ku."
12

Ungkapan singkat "tiada tuhan melainkan Allah"adalah kata kunci yang menyatukan semua para nabi sejak Nabi Adam hingga Muhammad. Kitab AI­Qui an menyebut tema ini berulang kali meminta perhatian khususnya Yahudi dan Nasrani.

2. Rasul Terakhir

Di daerah tandus lagi panas, Mekah, Nabi Ibrahim pernah bermimpi bahwa seorang dari bangsa Nomad akan tinggal di lembah tandus itu yang akan menggembirakan Sang Pencipta:




"Ya Tuhan kami, utuslah untuk mereka seorang Rasul dari kalangan mereka, yang akan membacakan kepada mereka ayat-ayat Engkau, dan mengajarkan kepada mereka Al-Kitab (AI-Qur'an) dan Al-Hikmah (As­Sunnah) serta menyucikan mereka. Sesungguhnya Engkaulah yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana."
13

Dan waktu yang telah ditentukan, di tempat yang tandus ini, Allah mengabulkan doa yang disemburkan Nabi Ibrahim lahirnya nabi terakhir untuk seluruh kemanusiaan.



"Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu."14





"Dan Kami tidak mengutus kamu, melainkan kepada umat manusia seluruhnya sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi pe­ringatan, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahui."
15



"Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."16

Sebagaimana yang Allah kehendaki, tibalah seorang penggembala kam­bing buta huruf diberi tugas menerima, mengajar, dan menyebarkan wahyu hingga berakhirnya sejarah: suatu beban yang lebih berat dari apa yang telah diberikan pada para rasul sebelumnya.




Baca Selengkapnya.....

About Me

Foto saya
saya hanya orang yang ingin menjadi orang yang sukses !!! Santay dg kehidupan hadapi apa adanxa syukuri apa yg ada hidup adalah anugrah

salam jumpa

assalamualaikum.wr.wb
selamat datang di blog kami smoga bermanfaat amiiin?
wassalamualaikum.wr.wb

new album

new album
senyum manyun

blognya mas bolet ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO