Islamic Calendar

sss

Free Shoutbox Technology Pioneer

iklan

XtraUang dotcom Cara Termudah Mendapatkan Uang Rp. 100.000 s/d Rp. 500.000!

Jumat, 01 Januari 2010

Jamaluddin al-Afghani




Berawal dari Jamaluddin al-Afghani, mulailah gerakan pembaharuan Islam abad modern. Sebagai tokoh dengan kepribadian menarik, dia berhasil memberikan pengaruh pada pribadi-pribadi pembaharu abad ini. Di samping mengilhami urgensi pembaharuan dalam agama Islam.

Pada masa itu, memang sosok seperti dialah yang dibutuhkan. Dengan suara yang lantang, dia mengatakan akan “kewajiban” suatu pembaharuan, sebuah jeritan panjang yang membangunkan tidur panjang dan mengembalikan harapan lama yang telah hilang direnggut penjajahan. Penjajahan yang menyebabkan sikap pasrah, putus asa dan rela dengan situasi di sekitar mereka sebagai sebuah takdir yang tidak mungkin untuk dilawan. Maka datanglah Afghani yang memberikan semangat dalam jiwa-jiwa yang pesimis, mengembalikan optimisme dan kepercayaan mereka pada kemampuan diri mereka sendiri.

Gerakan Pembaharuan Islam di Abad Modern

Pada masa itu, bukanlah seorang hakim yang dibutuhkan, karena seorang hakim pada masa itu tidak bisa lepas dari pesanan dan intervensi pemerintah. Dan pada masa itu, bukan pula seorang faqih yang dibutuhkan untuk memperbarui hukum-hukum Islam klasik. Andaipun mereka hidup pada masa itu, maka keberadaan merekapun juga tidak mampu untuk mengubah keadaan yang ada. Sesungguhnya yang dibutuhkan pada masa itu adalah seorang revolusioner islamis seperti yang terdapat dalam jiwa Jamaluddin al-Afghani.

Afghani memang bukan seorang hakim, tapi dia punya syarat dan kapabilitas untuk menjadi seorang hakim dan diapun bukan seorang faqih yang menguasai dunia literatur fiqh, walaupun dia bukan pula orang yang buta dan taklid dalam berfiqih. Tetapi dia adalah seorang revolusioner islamis, seorang penggugah dalam tidur yang berkepanjangan, seorang pengilham bagi jiwa-jiwa pesimisme. Dengan jiwa revolusinya dan kepribadian Islam nya membuat dia mampu untuk menunutun bangsanya untuk bersama-sama menghadapi dua problematika dasar pada masa itu. Pertama, penjajahan dari luar dan kedua, adalah otoritarianisme pemerintahan dari dalam. Dan dengan tegas dia katakan bahwa dua hal ini bisa hilang bukanlah sebuah kemungkinan, namun sebuah keharusan yang bisa tercapai bila kaum dan bangsanya mempercayainya.

Dan dengung pembaharuannya pun bisa mempengaruhi semua kalangan hingga pada kalangan yang berpautan jauh dari zaman nya seperti Ahmad Luthfi Sayyid maupun Qasim Amin. Adapun Mesir sebagai negara satu-satunya yang lama dia berdomisili berhasil melahirkan adanya kebangkitan pemikiran, kebangkitan jurnalistik dan kebangkitan politik di negeri tersebut. Dan dialah orang pertama kali yang mengatakan bahwa “Misr lilmasriyyin” dan perintis pertama “Hizb Wathan” hingga dengan gerakan pembaharuannya berhasil melahirkan tuntutan adanya undang-undang negara dan pembentukan majelis perwakilan. Dan ini semua telah tercapai dengan hasil yang tidak sedikit, bahkan jika saja intervensi Inggris yang dimotori oleh Khadevi tidak turut serta, maka gerakan ini pun bisa mencapai pada kemerdekaan Mesir pada saat itu.

Dan suatu kelebihan dari diri Afghani ialah kemampuanya untuk menghentak kesadaran Bangsa Mesir saat itu untuk secara kesuluruhan sadar kembali dalam menghadapi cengkraman penjajahan Eropa -lebih khusus- Inggris dalam kepemimpinan Ratu Victoria. Adapun perjuangan Afghani dibagi dalam dua tahap, merombak sistem yang ada saat itu dan membangun kembali sistem yang baru. Dalam tahap pertama di lakukan dengan cara melawan penjajahan dari luar dan mengecam diktatorisme pemerintahan dari dalam. Adapun tahap kedua, dia sadar bahwa ini memerlukan waktu yang lama, adapun pelaksanaan pada tahap ini dilakukan oleh para pembaharu-pembaharu selanjutnya yang hidup pada masa sesudah meninggalnya Jamaluddin al-Afghani. Sepeninggal Afghani muncul beberapa upaya untuk meragukan kembali perjuangan dan kontribusi Afghani bagi umat Islam saat itu, namun semua itu mengalami kegagalan dan jauh yang diharapkan.

Muhammad Abduh

Adapun Muhammad Abduh dia adalah seorang murid yang paling terilhami oleh Afghani, dia belajar pada Afghani di Kairo dan menemaninya di Paris dan bersama-sama menerbitkan majalah Urwatul Wutsqa, dan dialah yang dianggap sebagai penerus pemikiran dan perjuangan Afghani, akan tetapi dalam sisi karakter kepribadian terdapat perbedaan yang besar sekali. Afghani merupakan seorang revolusioner dari Iran dan seorang negarawan, adapun Abduh adalah seorang tokoh yang berasal dari petani Mesir dan dia adalah seorang reformis dalam agama dan bukan seorang revolusioner dalam negara, namun semangat revolusi pun terdapat dalam pribadi Abduh namun tetap dalam wilayah ajaran-ajaran agama. Ini semua dikarenakan segala pengalaman Abduh dalam pertempuran bangsa Arab dengan Inggris yang disebabkan oleh ajaran Afghani ketika dia hidup di Mesir saat itu.

Ini semua menjadi faktor-faktor sikap Abduh yang memutuskan untuk menjauhi revolusi dalam bentuk langsung dan lebih memilih untuk mereformasi ajaran-ajaran dasar Islam terlebih dulu daripada melakukan gerakan revolusi terbuka. Terlebih ketika hasil dari revolusi ini hanyalah kegagalan Bangsa Arab lepas dari cengkraman Inggris dalam menjajah Mesir ditambah dengan pembuangan Abduh ke Beirut semakin memantapkan sikapnya untuk menghindari revolusi secara terbuka. Hingga kita kenal sekarang ucapan masyhurnya yang menyatakan bahwa dia berlindung dari politik, dan dari politisi dan segala hal yang berkaitan dengan politik.

Adapun pembaharuan Abduh dalam wacana keagamaan yang meliputi tafsir dan fiqih terdapat keistimewaan khusus yang meliputiya yaitu sisi rasionalitas dalam memandang segala hal. Hingga pemikir Toha Husain pun mengkritik akan porsi rasionalitas yang sangat tinggi dalam pemikiran Abduh. Bisa dikatakan bahwa Abduh adalah seorang faqih rasional, tidak terdapat pada zaman sesudahnya yang menyamainya apalagi melebihinya.

Dan ini bisa kita lacak dalam pemikiranya ynag tertuang dalam bukunya “Islam Din Ilm wa Madani” yang memberikan dasar-dasar umum agama Islam yang terbagi dalam delapan bagian:

Dasar pertama: pandangan rasional dalam mencapai iman. Asas pertama yang diletakkan Islam adalah rasional dalam memandang segala sesuatu, karena hanya dengan pandangan secara rasional itulah wasilah yang bisa menghatarkan pada iman yang benar.

Dasar kedua: mendahulukan akal atas dzahir nash jika terjadi pertentangan. Dan metode dalam membaca nash di bagi dua varian: pertama, menyerahkan keabsahan nash dengan kesadaran akan kelemahan akal untuk memahaminya dan menyerahkan hakikatnya pada Allah. Kedua, mentakwil dzahir nash hingga memiliki makna yang tidak bertentangan dengan akal.

Dasar ketiga: menjauhkan diri dari sikap pentakfiran, adapun ucapan Abduh yang terkenal dalam hal ini ialah bila terucap dari seseorang sebuah kalimat yang memiliki kecenderungan kafir dari seratus sisi dan memiliki kecendrungan pada iman dari satu sisi maka kewajiban kita untuk menilai dia sebagai seorang yang beriman dan bukan seorang kafir.

Dasar keempat: pengakuan atas sunnatullah di alam. Sesungguhnya pada alam dan masyarakat terdapat sunnatullah yang menciptakan adanya undang-undang sebab akibat tentang alam semesta.

Dasar kelima: menghilangkan otoritas keberagamaan, sebagaimana Islam menghilangkan otoritas keagamaan yang hanya dimiliki sesorang. Dan selain Allah dan rasulnya tidak ada yang memiliki otoritas dan hak untuk menilai akan akidah seseorang, apakah dia seorang yang beriman atau kafir. Yang terdapat dalam Islam hanyalah mauidzah hasanah, seruan pada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Dan bukan pengadilan atas akidah seseorang.

Dasar keenam: meneruskan dakwah Islam untuk mencegah fitnah, ada ungkapan bahwa Islam adalah agama jihad, disyari’atkan di dalamnya qitaal (perang) sebagaimana tidak terdapat di agama masihi, sebagaimana ada ungkapan bahwa ruh Islam adalah keras terhadap yang berbeda denganya. Abduh ingin menegaskan bahwa Islam lahir dengan tabiat toleransi. Andaipun di Islam dikenal dengan qitaal (perang) maka ia dimaksud untuk membalas perlawanan yang diperolehnya sebelumnya. Dan tidak terdapat dalam Islam pemaksaan atas nama agama dan permusuhan terhadap yang berbeda denganya.

Dasar ketujuh: menumbuhkan sikap cinta terhadap para pemeluk agama yang berbeda. Ini dipertegas dengan diizinkanya oleh Islam untuk menikah dengan wanita ahlul kitab, Yahudi maupun Nasrani. Dan diberikannya kebebasan padanya untuk tetap memeluk agama asalnya dan menjalankan segala ibadahnya dan juga hak untuk berpegian ke gereja.

Dasar kedelapan: penggabungan antara maslahat dunia dan akhirat. Kehidupan dalam Islam lebih didahulukan daripada sebuah agama. Islam tidak membenarkan adanya rahbaniyyah, Islam juga tidak melarang semua kenikmatan di dunia sebagaimana diwajibkanya puasa, namun bila dia takut denganya akan sakit ataupun semakin bertambah penyakitnya maka Islam pun membolehkan untuk mengganti di hari lain. Dan ini semua menggambarkan dengan jelas atas keseimbangan maslahat agama dan dunia.

Dan dari delapan dasar di atas yang sangat ditekankan oleh Abduh adalah menghentikan suatu otoritas keberagamaan pada seseorang ataupun lembaga tertentu, karena dengannya segala pembaharuan dan reformasi dalam wacana agama Islam mengalami hambatan ataupun hukuman sebagaimana dialami oleh Abduh sendiri pada masa hidupnya.

Sebagaimana segala pembaharuan pemikiran Abduh dan fatwa-fatwanya mendapatkan teguran dan tantangan keras dari ulama-ulama Azhar sendiri sebagaimana mendapatkan tantangan oleh Khadevi dan berusaha menghapus segala kebijakan Abduh, sehingga membuat Abduh memutuskan untuk meminta pertolongan Kromer dalam menghadapi serangan Khadevi yang di akhiri dengan keberahasilan Abduh.

Dan pada akhir hayat Abduh, dia lebih mefokuskan dirinya sebagai guru bagi para muridnya dan selalu menganjurkan untuk mengadakan perbaikan dan pembaharuan dalam Islam di segala sisi, di antara mereka terdapat Rasyid Ridha yang melakukan pembaharuan wacana Islam yang akan kami terangkan selanjutnya, dan diantara mereka terdapat Sa’ad Zaghlul sebagai perintis “Hizb Wafd” dan pemimpin gerakan liberal di Mesir, dan dintara mereka terdapat pula Qasim Amin penulis buku “Tahrir al-mar’ah” dan “al-Marah al-Jadidah”. Tidak hanya di Mesir, Abduh pun berhasil memberikan pengaruhnya hingga ke Afrika Utara sebagaimana mengilhami Syaikh Abdul Hamid bin Badis perintis Jami’yyah Ulama dan dialah orang yang tetap menjaga kearaban dan keislaman Aljazair setelah perancis lama hinggap disana sebagaimana pengaruh Abduh pun hinggap di Tunis melalui seorang pemikir bernama Tahir bin Asyur.

Dan beginilah Allah memberkahi dari seorang Muhammad Abduh dengan tersebarnya ilmu dan pikirannya di penjuru alam Islam dan ini merupakan kemuliaan tersendiri bagi umat Islam dalam menghadapi tekanan para penjajah dan segala pengaruhnya pada umat Islam di masa itu.

Seja o primeiro a comentar

About Me

Foto saya
saya hanya orang yang ingin menjadi orang yang sukses !!! Santay dg kehidupan hadapi apa adanxa syukuri apa yg ada hidup adalah anugrah

salam jumpa

assalamualaikum.wr.wb
selamat datang di blog kami smoga bermanfaat amiiin?
wassalamualaikum.wr.wb

new album

new album
senyum manyun

blognya mas bolet ©Template Blogger Green by Dicas Blogger.

TOPO